REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengamat sosial, ekonomi, dan keagamaan, Buya Anwar Abbas mengingatkan Iran agar tidak lengah menghadapi gencatan senjata dengan Israel yang ditengahi Amerika Serikat. Menurut dia, sejarah membuktikan bahwa gencatan senjata yang diajukan oleh Amerika dan Israel kerap kali hanya menjadi siasat untuk melakukan konsolidasi kekuatan.
"Kita sambut gembira gencatan senjata antara Iran dan Israel yang ditawarkan oleh sekutu utama Israel, Amerika. Tetapi kita harap Iran tetap waspada karena tidak menutup kemungkinan gencatan senjata ini hanya merupakan tipu muslihat saja," ujar Buya Anwar dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Rabu (25/6/2025).
Ketua PP Muhammadiyah ini menilai, serangan drone dan rudal yang dilancarkan Iran membuat Israel dan sekutunya cukup kewalahan. Karena itu, tawaran gencatan senjata patut dicurigai sebagai upaya mengulur waktu untuk memperkuat posisi mereka.
"Belajar dari sejarah, berkali-kali pihak Israel-Amerika menawarkan gencatan senjata tapi berkali-kali pula mereka mengkhianatinya. Bagi mereka, gencatan senjata hanyalah tempo yang mereka sepakati dengan musuh untuk bisa mereka manfaatkan bagi melakukan konsolidasi," kata dia.
Wakil Ketua Umum MUI ini mengatakan, Iran harus memanfaatkan masa gencatan senjata ini untuk memperkuat pertahanan dan persenjataan. Hal ini penting sebagai langkah antisipasi jika Israel kembali melanggar kesepakatan.
"Begitu Israel berkhianat, maka Iran sudah harus bisa menghujani wilayah Israel dengan drone dan rudal-rudal yang akan meluluhlantakkan negara mereka," jelas Buya Anwar.
Dia pun berharap Israel bisa sadar atas kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan, tidak hanya terhadap rakyat Palestina, tetapi juga terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan.
"Ini penting dilakukan oleh Iran supaya Israel menyadari akan kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat selama ini baik terhadap rakyat Palestina maupun terhadap manusia dan kemanusiaan," ujar dia.
Sebelumnya, gencatan senjata akhirnya disepakati oleh Israel dan Iran setelah perang 12 hari yang menewaskan ratusan nyawa dan menghancurkan infrastruktur dan bangunan kedua pihak.
Gencatan senjata tersebut diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa usai melakukan serangan ketiga situs nuklir Iran yang dinilai sebatas serangan simbolis mengingat semua fasilitas pengayaan uranium telah dievakuasi sebelum serangan.
Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran juga telah mengeluarkan pernyataan mengenai “keputusan nasional untuk memaksakan penghentian perang terhadap musuh Zionis dan pendukung kejinya”. Ini dianggap pernyataan persetujuan terhadap gencatan senjata.
Angkatan bersenjata Iran menyampaikan respons yang membuat malu dan patut dicontoh terhadap kekejaman musuh. Mereka menambahkan, serangan tersebut mencapai puncaknya dengan serangan terhadap pangkalan AS di Qatar kemarin malam dan serangan rudal dini hari terhadap Israel.
Sementara itu, Kepala Badan Energi Atom Iran (AEOI) Mohammad Eslami mengatakan, tidak akan ada jeda untuk melanjutkan program nuklir setelah serangan Israel dan Amerika Serikat (AS) dalam dua belas hari perang. Eslami menegaskan, berbagai pengaturan telah dibuat untuk mencegah gangguan apa pun terhadap aktivitas nuklir negara itu.
Pada Selasa (24/6/2025) kemarin, Eslami juga mengutuk serangan militer Israel dan Amerika terhadap fasilitas nuklir damai negara tersebut. Dia mengatakan, AEOI telah mengambil semua tindakan yang diperlukan.
Dilansir dari laman Mehr News, untuk saat ini pihaknya sedang menilai kerusakan di lokasi yang telah diserang.