Jumat 27 Jun 2025 10:39 WIB

IA-ITB Bahas Masa Depan Alumni dan Kontribusi untuk Negeri

Hearing ini merupakan acara penutup dari rangkaian kegiatan menuju Pemilu IA-ITB 2025

Agung Aswamedha, yang akrab disapa Atep, saat ini menjabat sebagai Direktur Riset dan Pengembangan (R&D) di Sangkuriang Internasional,
Foto: IA ITB
Agung Aswamedha, yang akrab disapa Atep, saat ini menjabat sebagai Direktur Riset dan Pengembangan (R&D) di Sangkuriang Internasional,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semangat kolaborasi terasa kental dalam Hearing Nusantara Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) yang digelar di Jakarta, Rabu (24/06). Acara ini menjadi panggung bagi Agung Aswamedha, alumni Fisika ITB angkatan 2002 sekaligus calon Ketua Umum IA-ITB periode 2025–2029, untuk menyampaikan visi "#CuanUntukNegeri" serta pentingnya sinergi antar alumni dari berbagai generasi.

Hearing ini merupakan acara penutup dari rangkaian kegiatan menuju Pemilu IA-ITB 2025 dan bertempat di Auditorium Gedung Graha PGAS, Perkantoran PGN, Jl. Kyai Haji Zainul Arifin, Jakarta Barat.

Agung Aswamedha, yang akrab disapa Atep, saat ini menjabat sebagai Direktur Riset dan Pengembangan (R&D) di Sangkuriang Internasional, sebuah perusahaan teknologi yang dikenal banyak melibatkan talenta alumni ITB dari berbagai jurusan dan angkatan.

Dalam pemaparannya, Agung memperkenalkan visi besarnya: “Menjadikan IA-ITB sebagai Ekosistem #CuanBersamaAlumni yang produktif, kolaboratif, dan berdampak nyata untuk memberikan kontribusi strategis bagi #CuanUntukNegeri.”

Menurut Agung, visi ini lahir dari pengalaman hidupnya, sebuah perjalanan spiritual yang membawanya dari keterpurukan pribadi pada tahun 2014 hingga menemukan kekuatan dan dukungan dari jaringan alumni ITB. “Saat saya mengalami kebangkrutan, saya sempat skeptis terhadap ITB Connection. Namun, justru di titik terendah itulah saya menyadari bahwa IA-ITB adalah rumah. Sejak saat itu, saya mewakafkan waktu saya untuk aktif berkegiatan di IA,” ungkap Agung.

Dengan tulus, ia menyampaikan sebuah pernyataan reflektif yang menyentuh hati banyak peserta yang hadir: “Saya bukan siapa-siapa, tetapi saya alumni ITB. Dan itu adalah privilese terbesar saya,” tegas Atep.

Agung kemudian memaparkan rencana konkret untuk membangun Ganesha Tower sebagai pusat aktivitas alumni, yang meliputi:

- Akuisisi gedung delapan lantai di Jakarta yang ditargetkan siap beroperasi pada akhir tahun 2025.

- Pembangunan gedung tujuh lantai di lahan seluas 4.000 meter persegi di Jl. Sulanjana, Bandung.

- Pelibatan alumni di berbagai sektor strategis, mulai dari Teknologi Informasi (TI), pertahanan, alat kesehatan, hingga entitas permodalan.

“Ini adalah wujud nyata bagaimana kepercayaan dari alumni dapat kita realisasikan melalui kolaborasi bisnis yang transparan dan berkelanjutan,” jelasnya.

Ia juga menekankan urgensi untuk merangkul alumni muda, terutama yang berasal dari angkatan 2010-an. Beberapa fasilitas yang disebut sebagai “healing space” telah disiapkan, termasuk co-working space di Jakarta dan Bandung, serta ruang berkumpul informal seperti kafe yang dimiliki oleh alumni.

Lebih lanjut, Agung menyampaikan bahwa perhatian terhadap kesehatan mental (mental health) akan menjadi bagian integral dari program-program IA-ITB di masa mendatang.

Agung mengibaratkan alumni ITB sebagai para “gajah” dan “superhero” yang hebat namun seringkali bergerak secara individual. “Tugas kita adalah membentuk ‘Avengers’, sebuah tim yang terdiri dari superhero yang bersatu demi mencapai satu tujuan besar,” katanya. Ia juga mengingatkan bahwa dalam situasi geopolitik global yang penuh ketidakpastian, kepemimpinan kolektif dan inklusif yang mengesampingkan ego sektoral menjadi semakin penting.

Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan RI, Prof. Yassierli, S.T., M.T., Ph.D., memberikan dukungannya melalui pesan video. “IA-ITB harus tetap relevan sebagai solusi bagi alumni di seluruh Indonesia, dari Sabang hingga Merauke, dan harus memberikan kontribusi signifikan bagi bangsa. Saya siap berkolaborasi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

Audist Subekti (KI’80), yang bertindak sebagai moderator, mengapresiasi keterbukaan dan soliditas para calon ketua umum. Ia memberikan tantangan agar program-program yang ditawarkan tidak hanya menjadi rencana di atas kertas. “Eksekusi adalah kunci utama. Jangan hanya hebat di dalam komunitas sendiri, alumni ITB harus memiliki daya saing yang nyata di kancah yang lebih luas,” tegas Audist.

Sebagai penutup, Agung kembali menegaskan bahwa kebersamaan merupakan kunci utama. “Ini bukan persoalan menang atau kalah. Siapa pun yang terpilih nanti, kita harus bergerak bersama. Saya sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan semua pihak, mulai dari alumni senior hingga yang paling muda. Ini adalah perjuangan kolektif demi masa depan alumni dan bangsa,” pungkasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement