REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah hadits disebutkan:
"Sesungguhnya tingkatan tertinggi berbakti kepada ayah adalah silaturahminya seorang laki-laki kepada keluarga yang berhubungan baik dengan ayahnya setelah bapaknya pergi" (HR Muslim)
Maulana Muhammad Zakariyya Al Khandahlawi dalam kitab Fadhilah Sedekah mengatakan, yang dimaksud setelah ayahnya pergi adalah bepergian sementara, bisa juga bepergian selamanya, yakni meninggal dunia. Tingkatan ini adalah yang paling tinggi karena berbuat baik terhadap sahabat ayahnya saat ia masih hidup bisa saja ada tujuan-tujuan pribadi karena kuatnya hubungan dengan mereka. Dan, berbuat baik dan bermurah hati dengan mereka setelah ayahnya meninggal tentunya bersih dari tujuan-tujuan pribadim
"Sehingga yang ada hanyalah niat untuk memuliakan ayahnya," ujar Maulana Zakariyya.
Dikisahkan, Abu Hurairah RA berkata, "Ketika saya datang ke Madinah, Ibnu Umar RA datang menemui saya dan berkata, 'tahukah engkau mengapa saya datang? Saya mendengar Rasulullah SAW berkata bahwa barang siapa yang ingin bersilaturahmi dengan ayahnya di kuburnya, hendaknya ia bermurah hati dengan kawan-kawan ayahnya, sedangkan antara ayah saya, Umar, dan engkau saling bersahabat, karena itulah saya datang kepadamu." (Kitab At Thargib)