Kamis 03 Jul 2025 14:00 WIB

Keluarga Juliana Marins Berencana Tempuh Jalur Hukum, Ini Respons TNGR

Pendaki wanita asal Brasil Juliana Marins jatuh ke lereng Gunung Rinjani.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Petugas memindahkan peti jenazah pendaki Gunung Rinjani Juliana Marins ke dalam mobil jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara, Denpasar, Bali, Senin (30/6/2025). Jenazah pendaki asal Brasil yang meninggal di jalur pendakian puncak Gunung Rinjani itu dipulangkan menuju ke Rio de Janeiro Brasil setelah menjalani proses autopsi di Bali.
Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Petugas memindahkan peti jenazah pendaki Gunung Rinjani Juliana Marins ke dalam mobil jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara, Denpasar, Bali, Senin (30/6/2025). Jenazah pendaki asal Brasil yang meninggal di jalur pendakian puncak Gunung Rinjani itu dipulangkan menuju ke Rio de Janeiro Brasil setelah menjalani proses autopsi di Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) angkat bicara menanggapi langkah hukum yang akan diambil oleh pihak keluarga Juliana Marins. Keluarga pendaki wanita asal Brasil, Juliana Marins, menuntut keadilan secara hukum kepada otoritas Indonesia terkait insiden kecelakaan yang menimpa Juliana saat mendaki Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kepala Balai TNGR Yarman mengatakan tim gabungan pencarian dan penyelamatan (SAR) sudah melakukan yang terbaik dari mulai informasi awal insiden itu hingga akhirnya lima hari korban baru bisa dibawa naik dari jurang. "Berbagai upaya sudah kami lakukan semaksimal mungkin (untuk menyelamatkan Juliana)," ujarnya saat ditemui di Kantor Gubernur NTB, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis (3/7/2025).

Baca Juga

Yarman menuturkan kendala utama yang dihadapi tim penyelamat saat itu adalah keadaan alam dan topografi tebing yang terjal. Meski kondisi lingkungan tidak bersahabat, namun tim SAR sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan Juliana.

Seperti diberitakan sebelumnya, pada 21 Juni 2025, Juliana Marins mengalami insiden terjatuh ke lereng Gunung Rinjani dari yang awalnya hanya 200 meter, korban lantas semakin terperosok hingga kedalaman 600 meter. Pada 25 Juni 2025 pukul 13.51 WITA, tim SAR gabungan baru bisa mengangkat jenazah korban dari dasar jurang menggunakan peralatan manual dengan tali yang ditarik pakai teknik lifting.

Faktor cuaca dan kondisi jurang menjadi hambatan utama tim pencarian dan penyelamatan untuk mengevakuasi Juliana dari dalam jurang Puncak Cemara Nunggal di Gunung Rinjani. Analisa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan cuaca yang berubah cepat dari cerah ke badai di Gunung Rinjani adalah fenomena alam lumrah terjadi akibat kecepatan angin yang lebih tinggi daripada di dekat permukaan.

Selain itu, udara yang bergerak menuju ke puncak gunung mengalami efek pendinginan dan membentuk formasi awan-awan orografis akibat bentuk topografi gunung. "Kami dapat informasi jam 06:30 WITA dan sekitar jam 08.00 WITA, tim evakuasi sudah jalan. Kondisi lapangan dan cuaca menjadi halangan," ujar Yarman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement