REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Pemerintahan Trump, Kamis (3/7/2025), memberlakukan sanksi baru yang menargetkan perdagangan minyak Iran sebagai bagian dari upaya tekanan maksimum, demikian disampaikan Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS).
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menulis di X bahwa sanksi tersebut ditujukan kepada jaringan yang diduga terlibat dalam pengangkutan dan pembelian minyak Iran senilai miliaran dolar AS. Beberapa di antaranya disebut menguntungkan Korps Garda Revolusi Islam-Pasukan Quds (IRGC-QF), serta pihak-pihak yang terkait dengan lembaga keuangan yang dikendalikan oleh Hizbullah.
“Sementara Iran memiliki setiap kesempatan untuk memilih perdamaian, para pemimpinnya telah memilih ekstremisme,” kata Bessent dalam pernyataan terpisah.
Ia menegaskan bahwa Departemen Keuangan AS akan terus menargetkan sumber pendapatan Teheran dan mengintensifkan tekanan ekonomi terhadap negara tersebut.
Salah satu individu yang dikenai sanksi adalah pengusaha Irak-Inggris, Salim Ahmed Said, yang diduga menjalankan jaringan penyelundupan minyak dengan mencampur minyak Iran dan minyak mentah Irak guna menghindari sanksi.
Selain itu, Departemen Luar Negeri AS juga menjatuhkan sanksi terhadap tujuh pejabat senior dan satu entitas yang terafiliasi dengan Al-Qard al-Hassan (AQAH), lembaga keuangan yang dikendalikan Hizbullah.
“Para pejabat ini, melalui peran mereka di manajemen, telah memfasilitasi penghindaran sanksi oleh Hizbullah, yang memungkinkan AQAH melakukan transaksi jutaan dolar AS melalui rekening bayangan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, dalam pernyataan resmi dilansir laman Anadolu.
Sebagai bagian dari upaya lebih luas, program Rewards for Justice dari pemerintah AS mengumumkan hadiah hingga 10 juta dolar AS (sekitar Rp 162 miliar) bagi pihak yang memberikan informasi yang dapat mengganggu jaringan keuangan Hizbullah.
Langkah sanksi ini muncul menyusul konflik selama 12 hari antara Israel dan Iran yang pecah pada 13 Juni, setelah Israel melancarkan serangan udara terhadap situs militer dan nuklir Iran. Teheran membalas dengan serangan rudal dan drone, sementara AS turut mengebom tiga situs nuklir di Iran.
Konflik tersebut berakhir dalam gencatan senjata yang disponsori AS dan mulai berlaku pada 24 Juni.
View this post on Instagram