Ahad 03 Aug 2025 13:19 WIB

Pasar Gelap Obat Palsu: Maunya Langsing Malah Ancam Nyawa

Permintaan terhadap obat-obatan termasuk suntikan penurun berat badan, kini mendorong banyak orang mencari ke jalur-jalur yang berisiko demi mendapatkannya. Namun, mengenali pasar gelap bukan perkara mudah.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle

Di tengah meningkatnya permintaan terhadap obat-obatan populer, para ahli dan kelompok industri mengkhawatirkan bahwa para rpemangku kebijakan mungkin tidak mampu mengejar kelihaian para pemalsu obat:

"Seorang dokter hanya menuliskan resep. Mereka tidak peduli dari mana pasien membeli obatnya," tandas Saifuddin Ahmed, seorang praktisi kesehatan masyarakat dan ahli epidemiologi dari Universitas Johns Hopkins di AS. "Sangat penting agar penyedia layanan kesehatan terlibat. [Para regulator] saja tidak cukup mengatasinya," kata Ahmed kepada DW.

Lonjakan permintaan terhadap produk seperti Wegovy dan Zepbound, menunjukkan betapa besarnya tantangan yang dihadapi.

Produk-produk tersebut mengandung senyawa aktif bernama semaglutide atau tirzepatide, yang awalnya dikembangkan untuk mengobati diabetes tipe 2. Namun, obat-obatan ini ternyata memiliki efek samping yang menyebabkan penurunan berat badan secara signifikan dan berkelanjutan.

Efeknya, permintaan akan kedua jenis obat inipun melonjak dari orang-orang yang ingin menurunkan berat badan, dan hal ini menyebabkan kelangkaan obat tersebut di pasaran. Obat-obatan palsu kemudian mengisi kekosongan tersebut.

Obat palsu adalah masalah global

Pemalsuan obat merupakan masalah besar di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia - WHO memperkirakan, satu dari sepuluh obat yang beredar adalah palsu dan tidak memberikan jaminan manfaat kesehatan.

Meskipun ini terutama menjadi masalah di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah—khususnya di bagian-bagian tertentu Afrika dan Asia—namun sekitar 1% dari masyarakat di negara-negara berpenghasilan tinggi juga mendapatkan obat dari sumber yang tidak diawasi secara resmi.

Dalam beberapa kasus, obat-obatan palsu tidak memberikan efek apa-apa. Namun dalam kasus lain, bahan-bahan yang terkandung dalam obat tersebut bisa menimbulkan reaksi negatif, atau bahkan menciptakan masalah kesehatan baru.

"Membeli obat secara daring dari sumber yang tidak teregulasi dan tidak memiliki izin, bisa membuat pasien terpapar pada produk yang berpotensi tidak aman, yang belum melewati proses evaluasi atau persetujuan yang sesuai, atau tidak memenuhi standar kualitas," tandas Food and Drug Administration (FDA) AS pada tahun 2023, saat mereka mengeluarkan peringatan pertama terkait masalah ini.

Pada tahun 2024, WHO mengeluarkan peringatan global, bahwa sejumlah besar Ozempic palsu telah membanjiri pasar gelap.

Baru-baru ini, pada Juli 2025, data dari National Pharmacy Association di Inggris menemukan, satu dari lima warga Inggris telah mencoba mendapatkan pengobatan penurun berat badan dalam satu tahun terakhir.

Lembaga tersebut memperingatkan, tingginya permintaan terhadap obat-obatan ini berisiko membuat orang "beralih ke pemasok daring yang tidak teregulasi, alih-alih apotek resmi yang teregulasi."

Di mana orang membeli obat palsu?

Obat-obatan yang tidak teregulasi dijual melalui apotek daring, belanja obat lintas negara, dan jaringan distributor kriminal terorganisir.

Pasar daring ini bukanlah toko resmi milik apotek yang sah, melainkan situs-situs yang tampaknya menawarkan obat dengan harga jauh lebih murah dari harga normal.

Obat-obatan ini mungkin terlihat persis seperti produk asli saat ditampilkan secara daring, tetapi saat diterima, sering kali terdapat kesalahan ejaan pada kemasannya atau daftar bahan yang tidak sesuai.

Namun masalahnya bukan hanya obat palsu atau plasebo. Regulator juga menyoroti kekhawatiran soal praktik compounding, yaitu saat obat-obatan yang secara individual telah disetujui diformulasikan ulang menjadi "senyawa” baru yang tidak diatur secara ketat, dan ditujukan untuk pasien tertentu.

Di beberapa wilayah dunia, termasuk AS, apoteker yang terlatih diizinkan untuk melakukan compounding. Namun, praktik ini tetap kurang diawasi dibandingkan proses persetujuan yang ketat yang harus dilewati oleh produsen obat resmi untuk memasukkan produk mereka ke pasar.

Sebagai contoh, ketika FDA untuk sementara mengizinkan pembuatan versi senyawa dari obat-obatan penurun berat badan guna mengatasi kelangkaan, beberapa apoteker menggunakan bentuk garam semaglutide—yang tidak disetujui oleh regulator—alih-alih semaglutide murni. Hal ini menyebabkan munculnya laporan tentang efek samping.

Dan yang memprihatinkan, bukan hanya apotek compounding yang terlatih yang meracik produk-produk ini di AS. Ahmed mengatakan, "ini dilakukan di [tempat-tempat] seperti gym dan spa."

FDA kini telah mencabut izin pembuatan versi senyawa dari obat-obatan penurun berat badan tersebut. Namun, lembaga itu masih mengkhawatirkan apotek daring yang tidak teregulasi akan terus memasarkan produk-produk dengan kualitas rendah.

Meningkatkan kesadaran tentang obat palsu

Untuk mengatasi kekhawatiran konsumen yang mungkin mencari produk yang tidak aman dari sumber yang tidak teregulasi, FDA mengoperasikan kampanye bernama BeSafeRxyang menyediakan panduan bagi konsumen untuk mengidentifikasi obat-obatan asli.

Di Uni Eropa, fitur keamanan pada obat-obatan diwajibkan, dan mencakup praktik pelabelan yang terstandarisasi. Dalam pernyataan yang diberikan kepada DW, Badan Obat-obatan Eropa (EMA) mengatakan "pasien hanya boleh menggunakan penjual daring yang terdaftar di otoritas nasional yang berwenang di Negara-negara Anggota Uni Eropa, untuk mengurangi risiko membeli obat-obatan di bawah standar atau palsu."

Europol, yang bertanggung jawab atas penegakan hukum kejahatan farmasi di seluruh negara anggota, telah mengoordinasikan tindakan rutin di seluruh blok tersebut bekerja sama dengan mitra AS dan Kolombia. Dalam operasi tahun 2023, lebih dari 1.284 orang didakwa atas pelanggaran terkait perdagangan obat palsu dan penyalahgunaan serta zat doping.

Selain kampanye kesadaran lokal dan inisiatif penegakan hukum, langkah kuncinya, kata Ahmed, adalah membantu meningkatkan kesadaran antara pasien dan praktisi kesehatan mereka.

Ahmed memimpin inisiatif BESAFE di Universitas Johns Hopkins, yang menyelidiki risiko dan intervensi untuk mencegah penggunaan obat-obatan di bawah standar dan palsu.

Survei yang dilakukan oleh BESAFE menemukan bahkan di AS dan Afrika Selatan, kesadaran tentang tempat membeli resep yang aman dan melaporkan obat palsu atau efek samping masih rendah. Ia mengatakan membangun kepercayaan antara konsumen, praktisi medis, dan regulator dapat membantu menghindari risiko pembelian obat palsu dan tidak teregulasi.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

Editor: Agus Setiawan

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement