REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Perusahaan digital zaman now harus mampu memunculkan adrenalin karyawannya dalam mengejar target. Sekaligus, menciptakan gairah sebagai perusahaan yang fun saat bekerja.
Menurut Chief Human Capital Officer (CHCO) PT Telkom Indonesia, Herdy Rosadi Harman, situasi tersebut hanya akan terjadi apabila budaya perusahaan sudah terbangun dengan baik. "PT Telkom, sudah menerapkan ini," kata dia, Jumat (6/7).
Herdy mengatakan, hal ini membuat HCM (human capital management) Telkom Indonesia telah menjadi sarana studi banding bagi lebih dari 40 perusahaan sebagai centre of excellence yang konsisten menerapkan budaya perusahaan yakni The Telkom Way. Bahkan, dalam acara tersebut hadir 145 tamu dari 77 perusahaan Tanah Air yang sedang melakukan tranformasi budaya.
"Sesuai riset global, perusahaan yang fun akan menaikkan pendapatan hingga 160 persen," ujar Herdy.
Herdy mengatakan, budaya perusahaan yang baik harus mampu menciptakan stress pula bagi karyawannya dalam mengejar target. Adrenalin karyawan diperlukan karena kinerja perorangan tetap harus didorong dengan kuat, sehingga karyawan akan muncul potensi terbaik serta mimpinya dalam mewujudkan perusahaan digital.
Namun, kata dia, mengejar mimpi jangan pula menciptakan stress berlebihan bagi karyawan. Sebab, kondisi demikian bisa kontraproduktif yakni karyawan sakit dan atau malas bekerja.
Selain itu, kata dia, perusahaan digital telekomunikasi yang maju juga harus terukur dalam segala aspek. Sebab, segala sesuatu yang terukur akan lebih mudah dikelola oleh para pihak.
Dua parameter, kata dia, hal tersebut adalah raihan indeks Telkom Entropy (budaya perusahaan) dan Telkom Employee Engagement (tingkat kepercayaan pegawai ke perusahaan) pada tahun 2018 ini. Untuk Telkom Entropy tercapai angka 8 persen di 2017 dan target 6 persen di 2018. Padahal, standar indeks industri telekomunikasi nasional 13 (makin kecil makin baik).
Sementara Employee Engagement, kata dia, mencapai 75,5 persen di 2017 dan tahun 2018 ditargetkan 80 persen atau sudah melewati standar indeks industri telekomunikasi nasional yang rata-rata 60 persen (makin tinggi makin baik).
"Dengan ukuran, maka HCM perusahaan bisa mengendus apakah budaya sebuah perusahaan digital sudah sampai ke kustomer belum? Impact-nya bagaimana? Hal ini akan membuat semua elemen berusaha berlomba-lomba merebut hati kustomer," katanya.
Menurut Herdy, pemikiran itu pula yang melandasi perusahaan selain membuat kompetisi "Finding Culture Heroes", juga ada perlombaan "Indihome Fronliner Competition" yang diselenggarakan di Telkom Corpu Bandung. Semua harus dibangun budaya melayani kustomer sebaik mungkin karena strategi bisnis apapun, jika tak disertai pembangunan budaya dan sumber daya manusianya, maka tidak akan berjalan.
"Transformasi budaya juga harus selaras tujuan bisnis perusahaan yang tercermin dari performansi perusahaan," katanya.