Sekitar 80 persen desa di Indonesia, kini telah terjangkau akses telekomunikasi dan informatika. Menyusul tersedianya akses telekomunikasi pada 21 ribu desa, dari sekitar 30 ribu desa yang belum memiliki akses telekomunikasi. Jumlah Desa di Indonesia diperkirakan mencapai 70 ribu.
Peresmian desa berdering (desa memiliki akses telepon) ke 21 ribu, Kamis (17/12) dilakukan Menteri Komunikasi dan Informatika di desa Kaliu, Kecamatan Sanjingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Peresmian desa berdering sekaligus pencanangan Desa Informasi. Desa informasi adalah desa yang telah memiliki multiakses informasi, yakni telepon, internet, radio komunitas dan kelompok informasi masyarakat.
Tifatul mengungkapkan pada awal tahun 2010 diharapkan 25 ribu desa telah terjangkau telepon. Dengan beroperasinya 25 ribu desa berdering, tinggal sekitar enam ribu desa di seluruh Indonesia yang belum terjangkau akses telekomunikasi. Desa ini tersebar di Sulawesi, Maluku dan Papua. Setelah tersedia akses telekomunikasi, Depkominfo akan mengembangkan desa berdering menjadi desa punya internet (desa pinter).
Menurut Menkominfo, dari sekitar 70 ribu desa di Indonesia ditargetkan sekitar 10 ribu menjadi desa pinter tahun 2014. Menurut Menkominfo, listrik menjadi kendala pengembangan desa pinter saat ini. ''Akses mungkin saja telah tersedia, namun untuk mengoperasikan komputer membutuhkan listrik. Karenanya pengembangan desa pinter akan dikembangkan di desa yang telah memiliki akses listrik terlebih dahulu,'' ujar Tifatul.
Desa Kaliu yang telah terjangkau akses listrik, misalnya, kini memiliki akses internet. Pada program USO akan dikembangkan 100 desa pinter. Desa Kaliu tercatat sebagai desa pinter ke-60.
Telkom merah putih
Direktur Utama Telkomsel Sarwoto Atmosutarno mengaku bangga mendapat kepercayaan pemerintah menyediakan akses telekomunikasi pedesaan melalui proram USO. ''Penyediaan akses telekomunikasi pada 25 ribu desa merupakan wujud nyata komitmen Telkomsel dalam upaya melayani dan memajukan seluruh negeri melalui inovasi dan integrasi teknologi untuk menghadirkan solusi yang tepat bagi wilayah-wilayah yang selama ini kesulitan mendapatkan layanan telekomunikasi,” ujar Sarwoto.
Selain menyediakan akses melalui program USO, Telkomsel juga melakukan langkah serupa melalui program Telkomsel Merah Putih. Melalui program Telkomsel Merah Putih dikembangkan layanan telekomunikasi di daerah perbatasan, pulau-pulau terluar dan industri terpencil. Untuk industri terpencil, telah dibangun sekitar 200 titik.
Pada beberapa desa yang telah memiliki akses listrik, Telkomsel juga menghadirkan perangkat internet berupa komputer dan akses internet untuk mendukung layanan Desa Pinter. Dengan memanfaatkan konten yang disediakan Balai Informasi Pedesaan, masyarakat desa dapat mengakses berbagai informasi, seperti kebutuhan pupuk, bibit, hasil panen, hasil laut, dan lain-lain.
“Pembangunan infrastruktur telekomunikasi di pulau terluar maupun perbatasan merupakan bentuk dukungan Telkomsel dalam memelihara keutuhan NKRI, di mana hadirnya sarana telekomunikasi dapat meningkatkan ketahanan nasional sekaligus mempersatukan bangsa Indonesia yang tersebar di berbagai pulau yang ada di negara kepulauan Indonesia ini,” ujar Sarwoto.
Sebagai pemimpin di industri telekomunikasi selular dengan lebih dari 82 juta pelanggan, Telkomsel telah menggelar lebih dari 30.000 BTS yang menjangkau lebih dari 95 persen wilayah populasi Indonesia. Dan melalui program USO yang diamanahkan pemerintah untuk menggelar jaringan di 25.000 desa, maka layanan Telkomsel akan menjangkau hampir 100 persen wilayah populasi Indonesia