REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) terus memantau perkembangan kasus peretasan yang menimpa ribuan pengguna WhatsApp di beberapa negara. Peretasan ini diduga dilakukan spyware Pegasus buatan NSO Group.
"Sejauh ini kami monitoring, belum terlihat itu," kata Menkominfo Johnny G Plate usai bertemu dengan perwakilan Facebook, perusahaan induk WhatsApp, di Kementerian Kominfo, Kamis (7/11).
Menkominfo Johnny enggan menyimpulkan terkait kasus peretasan tersebut di Indonesia. Namun, pihaknya menyatakan terus bekerja dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk kasus ini.
Johnny mengatakan, dalam waktu dekat akan bertemu langsung dengan BSSN. Semua pengguna aplikasi, lanjut Johnny, berkirim pesan WhatsApp untuk selalu memperbarui aplikasi mereka agar mendapat perlindungan keamanan siber terbaru, termasuk untuk mencegah disusupi spyware.
"Kalau diminta, update karena software itu akan menjaga semua fitur-fitur di perangkat kita dengan baik," kata Johnny.
NSO Group diduga membuat spyware yang disusupkan ke server WhatsApp untuk meretas pengguna terutama dari negara-negara yang berhubungan dengan Amerika Serikat. Dikutip dari Reuters, peretasan ini berdampak pada 1.400 pengguna di berbagai negara, antara lain AS, Bahrain, Uni Emirat Arab, India, Pakistan dan Meksiko.
Peretasan ini diduga menargetkan pejabat senior pemerintahan. India menyatakan korban peretasan di negara mereka adalah jurnalis, pengacara, akademisi dan pembela komunitas.