REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Djarot Sulistio Wisnubroto menyatakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia masih menuai berdebatan.
Masyarakat masih dihadapkan dalam kebimbangan antara dampak positif dan negatif yang harus dihadapi.
Melalui jajak pendapat yang dilakukan Sigma Research terhadap 4000 koresponden pada tahun 2015, masyarakat Indonesia masih khawatir pada kebocoran atau kecelakan dalam pengoperasian PLTN dan dampak lingkungan. Sedangkan dampak postif yang paling besar diharapkan adalah ketersedian listrik dengan jumlah besar.
Di samping itu, dengan adanya pasokan listrik yang besar, maka memungkinkan daerah luar Pulau Jawa akan mendapatkan pasokan listrik yang setara, baik dari segi biaya maupun ketersedian.
"Yang harus dilihat adalah konteks masyarakat yang menginginkan listrik stabil dan murah, sehingga nuklir cukup layak untuk dijalankan pemerintah," ujar Djarot di Gedung Pusatn BATAN, Jakarta belum lama ini.
Di sisi lain, dalam jajak pendapat yang dilakukan, presiden menjadi orang pertama yang seharusnya memberikan pengetahuan seputar PLTN. Dengan adanya komentar dari presiden maka masyarakat akan lebih percaya dengan manfaat atau dampak yang harus dihadapi dengan pembangunan PLTN.