REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengubah pola kerja secara digital sudah menjadi bagian kehidupan di banyak negara. Di Indonesia transformasi digital berjalan perlahan namun menunjukkan arah ke sana.
Perusahaan teknologi penyedia aplikasi dan layanan teknologi Fujitsu menargetkan lebih banyak aspek bisnis dan pemerintah yang bisa mengadopsi teknologi tepat guna. Achmad Sunuadji Sofwan, president director Fujitsu Indonesia, dalam media gathering di Hotel Pullman Legian, beberapa waktu lalu, mengatakan Indonesia harus segera mengejar ketinggalan di bidang transformasi digital. "Atau kita akan benar-benar ketinggalan," katanya.
Data Fujitsu mencatat potensi kehilangan laba hingga 10,2 persen akibat perusahaan gagal menyederhanakan prosesnya tanpa melibatkan unsur teknologi. Angka sebesar itu setara nilainya dengan 200 miliar dolar Singapura bagi 200 perusahaan besar yang disurvei.
Achmad mengatakan, teknologi harus membuat manusia hidup lebih kompetitif. "Visi Fujitsu, teknologi harus berpusat pada manusia, karena teknologi cuma teknologi. Pada akhirnya adalah manusia yang merasakannya," kata dia.
Fujitsu memang menawarkan sejumlah solusi yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan tiap perusahaan atau pemerintahan daerah. Achmad mengatakan Fujitsu optimistis bisa terus meraih pasar di dalam negeri.
Sejauh ini komposisi klien pengguna jasa Fujitsu masih didominasi perusahaan lokal, hingga 75 persen. Sisanya, baru perusahaan luar.
"Fokusnya ke industri manufaktur," kata Achmad.