REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sharp Corp mengumumkan teknologi terbaru penjernih udara (Plasmacluster) yang mampu mengurangi risiko penularan virus tuberkulosis (TBC). Diketahui bahwa penyakit tersebut masih menjadi ancaman di Indonesia.
Ion positif (hidrogen) dan negatif (oksigen) yang dihasilkan Plasmacluster tersebut akan bergerak di udara untuk mengikat virus, bakteri, dan jamur, sehingga menjadi nonaktif kemudian menghasilkan udara yang lebih bersih.
"Teknologi tersebut telah diuji coba di National Center for Tuberculosis & Lung Diseases di Georgia," kata Managing Officer Divisi Sistem Kesehatan dan Lingkungan Sharp Corporation, Masahiro Okitsu, di Tokyo, Jepang, pada konferensi jarak jauh dengan awak media di pabrik PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) Karawang, Jawa Barat, belum lama ini.
Pada uji coba tersebut, jumlah juru rawat yang bertugas di ruangan yang dilengkapi Plasmacluster lebih sedikit terinfeksi penularan virus TBC, dibandingkan mereka yang merawat pasien tanpa fasilitas penjernih udara yang mampu menyemburkan 100 ribu ion per sentimeter kubik itu.
"Kami menggunakan jumlah ion yang lebih banyak (untuk mengurangi penularan virus TBC) dan (Plasmacluster) ini terbukti aman bagi tubuh manusia," ujarnya.
Presdir PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) Fumihiro Irie mengatakan teknologi Plasmacluster yang mampu menurunkan risiko penularan TBC tersebut sengaja diperkenalkan di Indonesia, karena negeri ini menyumbang penderita TBC terbesar ke-2 di dunia.
"Penyakit ini (TBC) masih menjadi ancaman yang besar bagi masyarakat Indonesia," ujarnya.
Plasmacluster, lanjut Irie, pertama kali diperkenalkan pada tahun 2007 dengan beragam fitur antara lain mampu menekan penularan virus flu burung. Alat penjernih udara buatan Sharp itu juga telah dikembangkan untuk menangkap nyamuk guna menekan angka terjangkit demam berdarah.
Tidak hanya itu, dalam kapasitas semburan ion yang lebih kecil, Plasmacluster juga disematkan pada lemari es dan AC.
"Pasar penjernih udara di ruangan kebutuhannya cukup besar di Indonesia, mencapai sekitar 100 ribu unit, dan Sharp melalui Plasmacluster menguasai 60 persen pasar," ujarnya.
Penjernih udara yang dipasarkan SEID antara lain untuk menghilangkan bau asap rokok dalam ruang, menekan risiko penularan flu burung, dan menangkap nyamuk.
GM Divisi Sistem Kesehatan dan Lingkungan Sharp Corp, Masashi Tomida, mengatakan sejauh ini pasar terbesar Plasmacluster di dunia adalah China, Jepang, dan Taiwan.
"Di Jepang, (penjualan Plasmacluster) mencapai lebih dari dua juta unit dan di China potensinya bisa sampai tiga juta unit," ujarnya.
Kini Sharp mengembangkan teknologi Plasmacluster untuk mengurangi risiko infeksi TBC, mengingat penyakit tersebut telah menjangkit banyak warga dunia. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015 lebih dari 9,6 juta orang di dunia terinfeksi TBC dan 1,5 juta orang meningkat akibat penyakit tersebut.
"95 persen dari kematian akibat penyakit tersebut terjadi di negara berkembang," katanya.
Teknologi Plasmacluster yang mampu mengurangi risiko penularan virus TBC tersebut kini masih terus dikembangkan untuk dikomersialisasi. Namun, Tomida maupun Irie belum bisa memastikan kapan produk tersebut mulai dipasarkan di Indonesia.