Kamis 07 Dec 2017 13:44 WIB

Fitbit Bantu Turunkan Risiko Kanker

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Winda Destiana Putri
Fitbit. Ilustrasi
Foto: Dailymail
Fitbit. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Perkembangan teknologi tentu dapat memudahkan Anda dalam menjalani kegiatan sehari-hari, mulai dari bekerja, bersantai hingga berolahraga. Fitbit, teknologi bersistem canggih yang dapat mendeteksi kegiatan selama seharian penuh juga telah diciptakan untuk membuat kegiatan sehari-hari lebih terstruktur.

Studi mengungkapkan, alat yang memiliki bentuk menyerupai jam tangan ini mampu memotivasi Anda untuk lebih hidup sehat. Menurut data terakhir, dengan membiasakan hidup sehat seperti melakukan 100 langkah per hari dan mengontrolnya dengan Fitbit, mampu menjaga keseimbangan sel perkembangbiakan kanker dan menekan jumlah pengidap kanker hingga 20 persen.
 
Bukan hanya digunakan untuk memaksimalkan kebiasaan hidup sehat, alat buatan San Francisco, Amerika ini juga mampu menjaga keseimbangan kadar hormon agar tubuh tetap sehat, dan menguatkan tulang pasien penyakit kanker setelah melakukan operasi hingga 50 persen.
 
Penyembuhan termudah bagi pasien penyakit kanker adalah olahraga ringan seperti berjalan santai. Penelitian mengungkapkan, pasien kanker yang rutin berjalan 100 langkah sehari, maka akan memiliki kesehatan mental lebih baik dibandingkan mereka yang tidak.
 
Baca juga: Jam Pintar Fitbit akan Punya Kemampuan Pantau Diabetes
 
Periset dari Universitas Pittsburgh melakukan penelitian kepada 71 pasien kanker stadium lanjut dengan rata-rata usia 57 tahun. Penlitian yang dilakuan sejak Juli 2014 hingga Oktober 2016 ini bertujuan untuk menguji kegunaan Fitbit dalam mengurangi perkembangan kanker dalam tubuh.
 
Para pasien difasilitasi dengan Fitbit di pergelangan tangan, dan disarankan untuk melakukan 100 langkah setiap hari. Hasil mengungkapkan, secara statistik risiko kembali datangnya pasien ke rumah sakit setelah 30 hari operasi mulai menurun hingga 17 persen. Sedangkan kambuhnya kanker setelah 60 hari operasi menurun sekitar 18 persen.
 
Melalui jurnal yang dipublikasikan Annals of Behavioral Medicine, para periset yakin bahwa temuan mereka mampu membantu para medis untuk mengidentifikasi pasien pengidap kanker yang terbebas dari belenggu perawatan rumah sakit.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement