REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Telekomunikasi Heru Sutadi memberikan komentar terkait naik turunnya minat masyarakat terhadap teknologi kamera di Indonesia. Kamera seperti GoPro, 360, bahkan drone disebutnya bisa naik dan turun secara tiba-tiba tergantung dari inovasinya.
"Untuk bisnis teknologi, ketika muncul di pasar bisa jadi tiba-tiba booming atau jatuh. Semua itu tergantung dari inovasinya," ujar Heru saat dihubungi Republika.
Heru kemudian mencontohkan untuk kamera jenis 360. Menurutnya pemanfaatan teknologi kamera 360 terbatas untuk pengambilan gambar yang secara keseluruhan atau berada di sekeliling objek, selebihnya tidak ada yang menarik.
Banyak orang kemudian dikatakan memilih menggunakan kamera biasa untuk mengambil video atas momen yang terjadi karena dianggap gambar menjadi lebih hidup. Ada masanya ketika orang menganggap tidak usah membeli karena kegunaannya yang standar.
Selain kamera 360, Heru juga mencontohkan tren yang saat ini sedang naik yaitu kamera drone. Drone saat ini sedang naik daun dan persaingannya lebih banyak dari beredarnya sekian merek di pasaran dan harganya yang bervariasi.
Pasar kamera drone dianggap sama seperti GoPro atau 360 yang nantinya akan kembali lagi melihat pada kebutuhan masyarakat. Yang akan membeli kamera tersebut mungkin ada, tetapi seberapa banyak orang yang jadi membeli produk tersebut kemudian yang menjadi masalah.
"Nggak setiap orang merasa membutuhkan drone. kalo orang yang bergiat bisnis prewedding atau foto dari atas mungkin beli. Ada juga komunitasnya, tapi nggak banyak," ujar Heru.
Peminat drone pun menurut Heru sedang banyak dan kedepannya tetap banyak yang menggunakan. Namun jika melihat dari kebutuhan, nantinya penggunaan drone lebih pada pekerjaan profesional seperti pemetaan bumi atau kebutuhan lain yang lebih serius dan bukan lagi sebuah mainan.
Tren GoPro sendiri dilihat sudah mulai menurun sejak pertengahan akhir tahun 2017. GoPro menjadi bahan pembicaraan pada tahun 2015 tengah lalu perlahan menurun hingga saat ini.
Penggunaan GoPro menurut Heru lebih pada gaya hidup. Kebanyakan penggunanya ada pelancong yang ingin mengabadikan kegiatan jalan-jalannya menggunakan kamera tersebut, sama seperti kamera 360.
"Menurut saya tidak ada inovasi baru, karena GoPro juga harganya juga mahal. Ketika bukan menjadi pilihan dan kebutuhan utama maka orang akan lebih ke hal-hal lain. Orang Indonesia juga lebih milih selfie kan, kalo kamera 360 derajat bisa muter, maka pakai tongsis atau monopod bisa muter juga," lanjutnya.
Pengguna GoPro disebut Heru lebih banyak digunakan oleh bikers. Kamera akan dipasang di badan motor bagian depan atau belakang agar terlihat lebih gaya.
Di Indonesia sendiri pasaran untuk kamera-kamera seperti itu dianggap tidak terlalu besar. Yang artinya kalau terhadi penurunan hal ini dalam artian orang yang membeli pasti ada namun jumlahnya tidak terlalu besar. Jadi bukan penjualan turun tetapi orang yang sudah tidak lagi membeli barang tersebut.
"Tren itu kegembiraan sesaat. Produk device itu harus ada satu inovasi terbaru terus menerus, kalau misalnya tidak ada inovasi yang baru ya orang juga malas," ucapnya.