Rabu 21 Aug 2019 18:18 WIB

Pakar: Jangan Pinjam Kabel Charger Orang Lain

Ada malware yang mungkin saja tertanam di kabel charger.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Reiny Dwinanda
Charger ponsel. Ilustrasi
Foto: Mirror.co.uk
Charger ponsel. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang yang hidupnya amat tergantung dengan gawai cenderung gelisah ketika perangkat digitalnya kehabisan daya. Ketika lupa membawa kabel pengisi daya, mereka meminjam milik orang lain.

Para pakar keamanan siber mengatakan, keputusan meminjam perangkat pengisian daya milik orang lain merupakan bahaya besar di tahun 2019. Charger merupakan barang yang tidak boleh dipinjam.

"Ibaratnya, kalau Anda sedang dalam perjalanan lalu sadar lupa bawa pakaian dalam, tentu Anda tidak akan pinjam punya orang lain kan? Anda akan pergi ke toko dan membeli pakaian dalam baru," kata Global Managing Partner dan Kepala X-Force Red di IBM Security Charles Henderson, dikutip dari Forbes.

Henderson menjalankan, masalah yang datang dari kabel pengisian daya (kabel USB) pinjaman ini diketahui setelah timnya melakukan serangkaian tes dengan tim peretas. Perusahaan itu meminta peretas untuk untuk membobol sistem komputer mereka untuk memperlihatkan kerentanannya.

Mereka menemukan ada celah yang membuat kabel charger yang tertanam malware bisa membajak perangkat dan komputer dari jarak jauh. Tim Henderson terkadang menggunakan trik ini untuk mengajari klien agar tak terlalu percaya dengan kabel pengisian daya pihak ketiga.

"Kami mungkin mengirimkan kabel iPhone curian melalui pos. Mungkin kita mencapnya sebagai sesuatu yang tidak berbahaya, seperti keluaran vendor atau mitra yang telah mereka daftarkan di situs web mereka. Kami mengirim kabel dan melihat apakah orang itu memasukkannya," kata Henderson.

Kabel charger berbahaya bukanlah ancaman yang tersebar luas pada saat ini. Apalagi, serangan seperti ini tidak dapat diukur dengan baik.

Meski bukanlah serangan yang meluas, namun ancamannya sangat tepat sasaran. Cukup dengan memanfaatkan teknologi yang murah, orang sudah dapat diretas dengan mudah.

"Bentuk kabelnya terlihat seperti kabel pengisian daya biasa, tetapi ia memiliki kemampuan dan kecerdasan untuk menanam malware pada korbannya," ujar Handerson.

Untuk saat ini, menurut Henderson, ancaman yang lebih besar daripada kabel pengisian daya berbahaya adalah stasiun pengisian daya USB yang ada di tempat-tempat umum seperti bandara. Timnya telah melihat beberapa contoh di mana orang memodifikasi stasiun pengisian. Hal yang perlu diperhatikan bukan outlet listrik, namun, port USB yang digunakan di stasiun pengisian daya.

"Berhati-hati dengan apa yang Anda colokkan ke perangkat Anda. Pikirkan dengan cara yang sama seperti yang Anda pikirkan tentang membuka lampiran surat atau membagikan kata sandi," kata Handerson.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement