REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Bagi sebagian orang, pelajaran matematika seperti hantu. Matematika kerap dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Padahal, menurut pendiri Komunitas Pendidikan MIPA, Ridwan Hasan Saputra, matematika harus menjadi cara berpikir dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga momok menakutkan dari matematika harus disingkirkan dari pelajar sekolah sejak dini.
"Jangan anggap matematika itu sebagai hal yang sulit, tapi melatih bagaimana cara berpikir," kata dia, dalam ajang Babak Final Kompetisi Matematika Nalaria Realistik (KMNR) Se-Indonesia di Bogor, Ahad (16/4).
Kegiatan KMNR yang tahun ini diselenggarakan untuk yang kedua belas kalinya. Ada 2.153 peserta mulai kelas 1 SD – 11 SMA. Ribuan peserta tersebut berasal dari 55 Kota/Kab yang tersebar di 13 Provinsi yang ada di Indonesia
"Kegiatan hari ini sangat membahagiakan karena banyak peserta dari berbagai daerah yang berdatangan. Dengan peserta final yang kita saring dari 250 ribu." ujar Ridwan.
Dari 250 ribu peserta, kemudian dilanjutkan babak penyisihan tingkat Kota/Kabupaten pada 12 Desember dengan peserta sebanyak 73.095 pelajar dan terakhir tingkat provinsi/babak semifinal pada 29 Januari yang diikuti 26.274 peserta.
Pada babak final ini peserta berkompetisi dengan mengerjakan soal Matematika Nalaria Realistik (MNR) sebanyak 22 soal, terdiri dari 20 isian singkat dan 2 uraian dalam waktu 90 menit. Melalui KMNR diharapkan dapat memperkenalkan Matematika Nalaria Realistik (MNR) dan mencari bibit unggul dalam bidang Matematika untuk diikutkan dalam International Mathematics Contest di Singapura.
“Setiapnya tahunnya, terjadi peningkatan jumlah peserta yang mengikuti kompetisi ini. Karena kompetisi ini memilki keunikan tersendiri, seperti soal yang disajikan dalam bentuk nalar (MNR) dan biaya lomba dengan sistem metode seikhlasnya (sesuai kemampuan peserta)," kata Muchammad Fachri, ketua pelaksana KMNR.
Di samping kegiatan KMNR yang diadakan untuk pelajar, adapula kegiatan lomba untuk guru. Yakni Olimpiade Guru Matematika (OGM) yang diselenggarakan untuk yang kedua kalinya. Lomba tersebut diikuti 450 peserta yang terdiri dari 228 guru SD, 160 guru SMP dan 62 guru SMA.