REPUBLIKA.CO.ID, Google Glass patut diakui sebagai salah satu perangkat yang bisa mengubah hidup manusia di berbagai aspek. Namun, Google Glass juga memiliki potensi yang dirasa cukup berbahaya. Eric Schmidt, CEO Google, menegaskan bahwa Google Glass memang berguna, walaupun tidak bisa digunakan di semua lingkungan. Berbicara kepada sebuah perangkat lewat fitur voice recognition, adalah sesuatu hal yang gila bagi sebagian masyarakat di sebuah lingkungan.
Di samping itu, Schmidt juga menekankan kesadaran etika dari sang pengguna Google Glass saat mengambil gambar. Pasalnya, kita bisa mengambil gambar apa pun, kapan pun, dan dimana pun kita berada. Hal ini bisa jadi melanggar hak-hak privasi seseorang. "Jelas ada tempat dimana penggunaan Google Glass tidak akan sesuai", ujar Schmidt, seperti yang JerukNipis kutip dari Phone Arena.
Berbicara mengenai tempat yang tidak akan sesuai dengan Google Glass, sebuah bar kecil di kota Seattle, Amerika Serikat (AS) telah melarang kehadiran Google Glass karena dikhawatirkan dapat mengambil gambar yang dirasa akan melanggar privasi seseorang. Menurut pemilik bar, tindakan tersebut dikhawatirkan akan membuat bar miliknya tak lagi populer, walaupun gambar-gambar suasana bar tersebut telah tersebar secara online.
Sementara untuk pasar aplikasi open source pada ponsel dan tablat Android, Schmidt menyebutkan bahwa Google telah memutuskan untuk melakukan penilaian sebelum menyetujui semua aplikasi untuk Google Glass. "Ini merupakan produk baru, kami memutuskan untuk lebih berhati-hati (dalam mengembangkan aplikasi di dalamnya)," beber Schmidt.