REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komputer rumahan (PC) atau desktop tak lagi mampu menahan hegemoni ponsel pintar. Ini bisa dilihat dari angka penjualan PC atau desktop yang terus menurun.
Pakar teknologi informatika Ruby Alamsyah mengatakan, sejak 2013, tren penggunaan PC desktop baik global maupun lokal semakin menurun. Hal itu diakibatkan perkembangan mobile phone yang lebih pesat.
Di sisi lain, secara demografis sendiri Indonesia mengalami peningkatan jumlah usia produktif. Didukung pula dengan jumlah kelas menengah yang memiliki gaya hidup tinggi dan kemampuan daya beli yang baik.
Fakta tersebut ditambah dengan kenyataan bahwa pasar smartphone kini semakin mengakomodasi lapisan masyarakat yang lebih luas. Menurut Ruby, dengan harga terjangkau, saat ini masyarakat sudah bisa mendapatkan smartphone dengan fitur lengkap.
Hal itu berbanding terbalik dengan harga PC desktop. "Harganya sendiri sudah lebih mahal, belum butuh listrik berkapasitas tinggi, masyarakat ekonomi rendah jelas sulit," tambahnya.
Ia melihat, selain harga, smartphone dinilai lebih fleksibel. Hadirnya berbagai merek smartphone memudahkan akses internet hanya melalui perangkat mobile. Hal itu kemudian dihubungkan dengan aktivitas mayoritas pengguna yang mobile. Di Indonesia, mayoritas masyarakat menggunakan smartphone untuk bisa mengakses internet di mana dan kapan pun.
Bahkan, kini smartphone sudah bisa mendukung banyak aktivitas pekerjaan sehari-hari. Berbagai aplikasi bisa didapat, mulai dari pengeditan dokumen, aplikasi perkantoran, design atau programing dalam batas tingkat tertentu.
Pada akhirnya, kata dia, PC desktop lebih dipergunakan bagi para pekerja profesional yang membutuhkan program tingkat tinggi. "Indonesia mostly lebih banyak untuk perkantoran," ujar Ruby.