REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Para ilmuan Inggris membuktikan bahwa perangkat Android sangat berbahaya bila ditinjau dari segi keamanan data.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Cambridge menganalisa lebih dari 20.000 smartphone dari berbagai merek.
Hasil penelitian itu menemukan bahwa 87,7 persen perangkat Android yang diteliti dikategorikan rentan terhadap paling tidak satu jenis kerentanan yang kritis.
Hal itu muncul sebagai fakta tambahan dari sebuah peneliatian yang pada awalnya bertujuan untuk menemukan perangkat jenis apa yang memiliki tingkat keamanan terbaik.
Penelitian tersebut dilakukan dengan bantuan orang-orang biasa dengan smartphone mereka masing-masing. Para peserta menyetujui penggunaan aplikasi khusus bernama Device Analyzer dari Google Play.
Aplikasi tersebut membantu untuk mengetahui seberapa tahankah smartphone terhadap serangan yang berdampak luas dengan cara mengirimkan data ke perangkat lunak di masing-masing perangkat.
Tidak semua kerentanan diperhitungkan, hanya yang benar-benar mengeksploitasi secara nirkabel saja.
Dari semuanya terdapat 32 jenis yang kritis, namun hanya 11 bug yang bisa diterapkan ke semua perangkat, dan diperhitungkan sepanjang percobaan untuk menghasilkan hasil yang adil.
Untuk mengukur tingkat keamanan dari berbagai vendor Android, tim peneliti Cambridge memperkenalkan indeks FUM. F (free), perangkat yang bebas dari kerentanan kritis setelah melewati pengujian. U (update), perangkat dari vendor tertentu, yang menggunakan versi terbaru dari Android. M (mean), rata-rata jumlah kerentanan unpatched di smartphone yang tidak mendapatkan pembaharuan dari vendor tertentu.
Dalam jangka waktu 4 tahun (dari Juli 2011 hinga 2015), tingkat mean dari indeks FUM untuk seluruh perangkat Android mengalami penurunan, 2,87 dari 10.
Diperkirakan, smartphone yang paling aman adalah Google Nexus. Hal itu tidak mengherankan mengingat Google memperhatikan patching terhadap perangkatnya sendiri.
Namun, Kaspersky Lab, dalam keterangan tertulisnya, menyebutkan bahwa hal yang cukup meresahkan dari penelitian tersebut yaitu pengecualian secara sengaja terhadap smartphone jenis Huawei, Lenovo, dan Xiaomi.
Maka, menurut Kaspersky Lab, penelitian itu belum dapat dikategorikan sebagai sebuah penelitian yang adil dan mutakhir, namun hal itu juga tidak mengurangi tingkat kepentingan dari penelitian tersebut.