Senin 26 Oct 2015 17:58 WIB

Pelemahan Rupiah Pengaruhi Penjualan Ponsel

Rep: Risa Herdarita/ Red: Dwi Murdaningsih
Laporan WHO  yang terbaru dalam serangkaian sporadis laporan dari peneliti lain yang telah mengangkat kemungkinan penggunaan ponsel dan kanker otak.
Foto: EPA / Jagadeesh NV
Laporan WHO yang terbaru dalam serangkaian sporadis laporan dari peneliti lain yang telah mengangkat kemungkinan penggunaan ponsel dan kanker otak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan rupiah atas dolar AS membuat PT. Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (MKNT) mencatat angka penurunan dalam penjualan. Hingga kini, angka penjualan emiten itu menurun sejauh 15 persen.

"Device turun di banding tahun lalu kira-kira 15 persen, tapi kami bisa cover di penjualan pulsa," jelas Direktur Utama MKNT, Jefri Junaedi, usai acara pencatatan saham perdana di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (26/10).

Sejak didirikan 2008 silam, Mitra Komunikasi awalnya bergerak di bidang penjualan modem atau broadband. Dalam perjalanan bisnisnya, perseroan menjadi pemegang merk smartphone dan tablet dengan nama Cyrus.

Sementara, sebagai mitra distribusi, perseroan telah mendistribusikan kepada sub-dealer dan otlet kartu perdana dan juga pulsa isi ulang dengan menggunakan sistem aplikasi pengisian pulsa elektronik.

"Kontribusi penjualan perseroan untuk bisnis ini kurang lebih 60 persen dari total pendapatan perseroan," ujar Jefri.

Ia mengakui, itu artinya penjualan selama ini memang didominasi penjualan pulsa isi ulang. Ini seiring tingginya kebutuhan masyarakat akan fasilitas telekomunikasi. Pun semakin banyaknya pengguna internet akan cenderung menjaga stabilitas penjualan voucher perseroan.

Berdasarkan penjualannya, dari tahun ke tahun pihaknya mencatatkan peningkatan. Misalnya, pada tahun 2012, penjualan tercatat sebesar Rp 323,790 miliar. Untuk 2013, perusahaan mencatat Rp 485,56 miliar. Pada tahun 2014, penjualan tercatat sebesar Rp 637,84 miliar.

"Untuk empat bulan sampai 30 April 2015 penjualan isi pulsa mencapai 30 persen dari angka penjualan sepanjang 2014, yaitu Rp 195 miliar," ujar Jefri.

Untuk penjualan perangkat elektronik, ia mengatakan saat ini masih diimpor langsung dari Cina. Untuk itulah penjualannya akan sangat bergantung pada stabilitas nilai tukar rupiah.

"Penjualan sampai akhir tahun ini kami perkirakan masih akan menurun, bottom line ada kenaikan," lanjutnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement