Ahad 11 Sep 2016 11:37 WIB

Penerbangan AS dan Australia Larang Penumpang Bawa Galaxy Note 7

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Indira Rezkisari
Samsung Galaxy Note 7
Foto: Reuters
Samsung Galaxy Note 7

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah mengambil langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Apabila ada calon penumpang maskapai penerbangan AS yang memiliki ponsel Samsung jenis terbaru yakni Galaxy Note 7, maka diminta tidak membawanya dalam penerbangan.

Hal tersebut menyusul adanya kasus ponsel Samsung terbakar dalam pesawat. Federal Aviation Authority telah mengingatkan penumpang untuk tidak mengaktifkan atau mengisi baterai ponsel mereka, karena kekhawatiran tentang perangkat tersebut. Penumpang yang meletakkan ponsel mereka di dalam tas juga diperiksa. Samsung telah menyelidiki masalah dan menemukan bahwa baterai ponsel tersebut diisi ulang dengan cara yang salah.

Dalam kasus lain, sebuah keluarga di St Petersburg, Florida, melaporkan Galaxy Note 7 terbakar dan menghancurkan mobil jip mereka. Ponsel tersebut terbakar saat baterainya sedang diisi ulang.

Perusahaan penerbangan Australia termasuk negara yang pertama mengambil langkah pelarangan membawa Galaxy Note 7 dalam pesawat.

Samsung telah mengeluarkan pernyataan bawah produk tersebut meledak sebelumnya. Juru bicara Qantas, Sharna Rhys-Jones, meminta penumpang tidak membawa perangkat Galaxy Note 7. Penerbangan Australia lainnya juga mengambil langkah serupa, termasuk Jetstar Airways dan Virgin Australia.

Samsung meluncurkan versi terbaru seri Note pada Agustus. Seri Note adalah salah satu deretan perangkat paling mahal yang pernah dirilis Samsung. Perangkat ini mewarisi desain dan fitur dari Galaxy S pada debutnya di musim semi. Samsung juga menambahkan fitur pemindaian iris mata pada Note 7 untuk mendeteksi pola mata pengguna untuk membuka telepon.

Note 7 bukan satu-satunya gawai terbakar karena masalah baterai lithium. Baterai lithium memang dapat diisi ulang, namun lebih rentan terhadap panas berlebihan daripada jenis baterai lain.

Panas berlebihan dapat menyebabkan 'pelarian termal', di mana suhu terus meningkat ke tingkat yang sangat tinggi. Air dapat memadamkan api, tetapi tidak selalu dapat menghentikan pelarian termal. Api akan sering muncul kembali setelah awalnya dipadamkan. Baterai lithium terdapat di berbagai perangkat elektronik konsumen.

Awal tahun ini, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, (sebuah badan PBB yang menetapkan standar keselamatan penerbangan global) melarang pengiriman massal baterai lithium ion yang dapat diisi ulang sebagai kargo pada pesawat penumpang. Pengiriman tersebut diperbolehkan apabila mereka memiliki kemasan yang lebih baik, yang bisa mencegah api menyebar untuk menghancurkan pesawat, dilansir dari Independent.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement