REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Beberapa orang mungkin familiar dengan kemudahan hidup yang dibantu dengan aplikasi teknologi. Contohnya, mencari suatu kata dalam bahasa asing di mesin penerjemah atau mencari arah dengan aplikasi navigasi.
Konsultan di Departemen Kedokteran Psikologi National University Hospital (NUH), Dr. Chris Tsoi mengatakan membiarkan komputer mengambil alih kinerja otak seperti navigasi dan pencarian informasi pasti akan memiliki efek pada kapasitas mental manusia. Mengutip penelitian sopir taksi di London beberapa tahun lalu menemukan bagian otak yang terhubung dengan ingatan bertambah besar setelah supir taksi mulai menghapal rute berbeda dan menavigasi kota.
Dr Tsoi telah melihat banyak kasus pensiunan mulai terkena dimensia. Pun, ia menunjukkan bagaimana alat dan platform digital dikembangkan memiliki dampak negatif. “Mereka menyalahgunakan karakteristik adiktif manusia ketika merancang aplikasi ini. Jadi tidak mengherankan ini akan memonopoli perkembangan otak,” ujar Dr Tsoi, dilansir dari Channel News Asia, Sabtu (18/8).
Jika perusahaan tidak peduli tentang bagaimana mereka mengembangkan aplikasi mereka, kata Dr Tsoi, pasti akan ada lebih banyak demensia. Pengamatan seperti itu juga membuat dokter ini khawatir tentang demografi masyarakat yang lebih muda.
“Jika yang muda memiliki kehidupan nyaman seperti itu, maka bagian paling berkembang dari otak mereka adalah (mengendalikan) bagaimana mereka menggunakan ujung jari mereka,” katanya menjelaskan.