Jumat 28 Jun 2019 07:45 WIB

Swafoto, Pengalaman Ekonomi Hingga Teknologi

Kamera depan telepon pintar awalnya bukan ditujukan untuk swafoto.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Ani Nursalikah
Warga berswafoto di jalan Sudirman yang lengang, Jakarta (7/6).
Foto: Fakhri Hermansyah
Warga berswafoto di jalan Sudirman yang lengang, Jakarta (7/6).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Swafoto (selfie) sudah lama dianggap sebagai cara seseorang untuk narsis. Tempat wisata hingga teknologi baru bahkan dikembangkan untuk mencari gambar sempurna swafoto.

Kamera menghadap ke depan yang kerap kali dipakai untuk swafoto mulai diperkenalkan ke publik pada 2003. Kamera itu awalnya tidak ditujukan bagi pengguna untuk berpose tanpa henti. Namun, untuk mengaktifkan panggilan video pertemuan bisnis.

Baca Juga

Pengalaman ekonomi

Ledakan swafoto berikutnya muncul untuk mengambil keuntungan dari perubahan kebiasaan konsumen. Kemudian muncul istilah pengalaman ekonomi.

Istilah itu pertama kali digunakan oleh penulis Joseph Pine II dan James Gilmore dalam edisi 1998 dari Harvard Business Review. Mereka mengatakan konsumen semakin memprioritaskan pengalaman singkat tetapi mahal, seperti santapan atau liburan ke lokasi eksotis daripada membeli lebih banyak barang material tradisional. Pengalaman seperti itu sekarang dapat diabadikan dengan selfie cepat yang dibagikan pada pengikut media sosial.

Perusahaan konsultan McKinsey & Company menemukan pengeluaran konsumsi pribadi untuk layanan yang berhubungan dengan pengalaman melonjak 5,3 persen di Amerika Serikat antara 2014 dan 2016. Sedangkan pengeluaran untuk barang hanya meningkat 2,5 persen.

Di Eropa Barat, pengeluaran untuk pengalaman melonjak lima persen antara 2015 dan 2017, dibandingkan dengan kenaikan 2,3 persen untuk barang.

Lokasi swafoto

Latar belakang swafoto yang bagus telah dibagikan berkali-kali sehingga banyak orang mungkin sudah melihatnya. Kepala perusahaan The One Consulting Johanne Saget, seperti yang dilansir di Malay Mail, Kamis (27/6) mengatakan Hotel Villa Honegg di Swiss menjadi sangat terkenal di media sosial untuk swafoto di kolam renang.

Hotel-hotel lain yang tidak begitu diberkati dengan keindahan alam sudah menemukan cara lain merayu turis untuk swafoto. Pada 2014, hotel mewah Mandarin Oriental meluncurkan paket tur “Selfie in Paris” dengan biaya sekitar 995 euro.

Hotel Grand Bretagne di Athena memiliki titik swafoto untuk berfoto dengan latar belakang Acropolis. Sedangkan hotel Marriott menawarkan tongkat swafoto selama berada di Desert Springs Resort di Kalifornia.

Teknologi swafoto

Munculnya swafoto juga telah mengguncang dunia fotografi karena pusatnya telah bergeser ke Asia, tempat sebagian besar telepon pintar diproduksi. Perusahaan teknologi Cina Huawei telah menjadi pemimpin industri untuk kemera ponsel pintar setelah bekerja sama dengan Leica Jerman.

Xiaomi mengembangkan lensa swafoto yang tersembunyi di bawah layar ponsel. “Evolusi ini (dari kamera ponsel) berjalan berdampingan dengan media sosial yang dapat melacak hidup Anda dan apa yang Anda lakukan, serta mereka semuanya,” ujar seorang analis di perusahaan riset Amerika Gartner, Roberta Cozza.

Bagi Cozza, hal besar berikutnya adalah kecerdasan buatan (AI). “Kamera akan dapat membantu memindai lingkungan, misalnya objek,” katanya.

Contohnya, fungsi Bixby Vision Samsung pada ponsel barunya menggabungkan asisten suara AI dengan augmented reality untuk mengenali dan mengklasifikasikan objek yang ditangkap oleh kamera. Teknologi ini masih dalam tahap awal, tetapi bisa segera memiliki banyak kegunaan, termasuk cara baru untuk berbelanja.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement