REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisnis online yang semakin muncul ke permukaan berpotensi mendorong perkembangan koneksi data transmisi internet berkecepatan tinggi (broadband) di Indonesia. Hal ini dikarenakan boomingnya sosial media dan tren komunikasi online di internet. Hingga 2015, lembaga riset Frost and Sullivan memprediksi peningkatannya hingga 60 persen.
"Pertumbuhan bisnis online (e-commerce) di Indonesia bisa mencapai 67 persen," kata Wakil Presiden Frost and Sullivan Asia Pasifik Jayesh Easwaramony dalam diskusi di Mid Plasa Intercontinental Hotel Jakarta, Rabu (15/2).
Hal ini bersamaan dengan semakin banyaknya program-program pemerintah di Indonesia di bidang infrastruktur dan teknologi yang ditunjang dengan regulasi memadai.
Jayesh menilai meskipun pendapatan dari pelaku pasar bisnis online di Indonesia saat ini masih kecil, namun potensi pertumbuhannya terbuka lebar. Pada 2015, bisnis e-commerce dan konten digital lainnya akan mendatangkan pendapatan mencapai 1,8 miliar dolar AS.
Direktur Frost and Sullivan Indonesia Eugene van de Weerd mengatakan, dari sisi perusahaan, peluang lebar untuk bisnis e-commerce dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan pelayanan. "Nilainya diprediksi mencapai tiga miliar dolar AS pada 2015 nanti," kata Eugene.
Pertumbuhan itu disebabkan semakin banyaknya ekspansi pusat-pusat pelayanan data dan jasa (data center). Pemainnya adalah pengusaha-pengusaha domestik dan internasional yang bergabung dengan sistem integrasi yang berkesinambungan.