REPUBLIKA.CO.ID,Cara berbelanja para penikmat buku juga banyak mengalami perubahan dalam beberapa tahun belakangan. Apabila dulu kita harus meluangkan waktu untuk datang ke toko buku, sekarang membeli buku bisa dilakukan di mana saja lewat hadirnya berbagai toko buku online.
Tidak kalah lengkap dengan toko buku konvensional, toko buku online juga banyak menawarkan berbagai diskon khusus. Pembeli buku pun kini hanya perlu duduk manis di rumah sambil menunggu buku yang diincar diantarkan ke rumah.
Meski sudah semakin menjamur, bisnis toko buku online ternyata juga masih memiliki banyak tantangan. Pemilik toko buku online DeBuku.com, Endah Widayati, mengungkapkan saat ini masih ada saja masyarakat yang khawatir ditipu oleh pelaku bisnis online.
"Rata-rata mereka maunya bayar ketika barang diantar atau cash on delivery (COD). Sayangnya, COD masih agak susah dilakukan karena terkait teknis pengiriman dan risiko lainnya," kata Endah yang mulai berbisnis toko buku online sejak September 2011 lalu. Tidak hanya itu, kata dia, tantangan untuk mempromosikan keberadaan pelayanannya juga memerlukan kesabaran tersendiri karena ternyata, tidak semua orang ngeh atau familiar dengan cara berbelanja lewat dunia maya.
Menurut dia, promosi harus dilakukan secara gencar lewat Facebook atau Twitter untuk menginfokan buku-buku baru atau menarik yang ada di katalog toko bukunya. "Para calon pembeli sampai saat ini, masih banyak juga lho yang harus dituntun step by step untuk memilih buku atau mengisi data-data konfirmasi pembayaran atau pengiriman," kata Endah.
Sejauh ini, bisnis yang dirintis Endah cukup berkembang walau belum sampai satu tahun dijalani. Dalam satu hari, setidaknya rata-rata 50 buku berhasil dijual DeBuku.com dengan omzet per bulan sekitar Rp 10 juta. Penurunan yang berarti, hanya dialami Endah ketika terjadi penyelenggaraan Islamic Book fair, belum lama ini.
Maklum, mayoritas buku yang dijual Endah adalah buku-buku Islam dan edukasi untuk anak dan parenting. Sementara itu, untuk penjualan terbanyak, untuk saat ini di luar Jakarta, pelanggan buku-bukunya banyak berasal dari Surabaya, Bandung, dan Palembang.
Tren buku digital yang digembor-gemborkan akan menggeser keberadaan buku konvensional, disebut Endah, tidak terlalu membuatnya khawatir. Pasar di luar Jawa yang masih belum tergarap optimal menjadi alasan utama dirinya optimistis toko buku online akan terus eksis di masa mendatang.
Untuk buku masak, misalnya, berdasarkan pengalamannya selama ini, banyak ibu yang lebih memilih buku konvensional sebagai panduan memasak sehari-hari. Masyarakat juga banyak yang tetap memilih buku konvensional karena tidak tahan berlama-lama menatap layar komputer. "Ke depan, meski ada buku digital, saya rasa buku konvensional juga akan tetap dibutuhkan," ujarnya.
Demi eco-living
Sikap lebih memilih buku digital ketimbang buku konvensional ditunjukkan Femi Sukmaretiana dalam menikmati hobi membaca. Pengalaman mudik tiga tahun yang lalu menjadi awal mula ia melirik buku digital sebagai cara membaca baru yang oke. "Waktu itu di Cikotok, Lebak, Banten, tidak ada sinyal sama sekali. Tapi, untung waktu di rumah sudah sempat download lima buku Artemis Fowl lewat Android Market," kata wanita berusia 25 tahun ini. Buku yang bercerita tentang dunia peri ini pun menjadi hiburan ‘antimati gaya’ buat Femi dalam beberapa hari kunjungannya ke rumah sang nenek.
Dalam waktu tiga hari, dua buku berhasil dilahapnya. Kepraktisan dan konsep buku digital yang lebih ramah lingkungan membuat Femi mulai jatuh hati pada konsep media buku baru ini. "Kalau semua orang mulai melirik buku digital, itu berarti akan lebih banyak pohon yang tidak harus mati hanya supaya kita bisa membaca," ujar Femi yang juga mulai menerapkan konsep eco-living dalam kegiatannya sehari-hari.
Sejak itu, ia mulai rajin hunting berbagai judul buku untuk melengkapi perpustakaan berjalan yang ia buat di gadget Androidnya. Sekitar 150 judul, sudah berhasil ia kumpulkan, mulai dari koleksi lengkap cerita Sherlock Holmes, serial Harry Potter, dongeng anak-anak milik Dr Seuss, sampai cerita-cerita klasik, seperti Pangeran Kecil, Alice in Wonderland, dan Wizard of Oz.
Menurut dia, keunggulan lain dari buku digital adalah konsepnya yang tidak makan tempat. "Dulu sebenarnya punya cita-cita untuk punya perpustakaan pribadi. Tapi, kenyataannya, ruang untuk tempat tinggal sekarang semakin mahal, apalagi di masa depan," ujar Femi. Lewat buku digital, lanjutnya, perpustakaan pribadi yang diidamkan dapat mulai diwujudkan dengan lebih murah, ditambah tidak perlu lagi menyediakan ruang khusus.