REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa negara seperti Indonesia membebaskan rakyat untuk menggunakan media sosial. Namun, ada negara-negara yang mengharamkan Facebook dan Twitter. Tak terhitung berapa kali ulama dan pejabat Arab Saudi menghina pengguna Twitter.
Apalagi negara seperti Iran yang menjalankan kebijakan tertutup di era Mahmoud Ahmadinejjad. Kontrol terhadap media internet meningkat sejak tahun 2005 di negeri para Mullah itu. Internet kala itu menjadi satu cara bagi warga Iran mencari informasi di tengah ketatnya aturan media di sana.
Jutaan rakyat Iran 'berselancar' tiap saat, termasuk mengakses Facebook dan Twitter dengan perangkat lunak anti-fiter atau virtual private network services. Namun, kini ada secercah harapan dari Presiden baru, Hassan Rouhani, yang mereka, rakyat Iran pilih sendiri.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah remaja Chelcheragh, seperti dikutip dari Al Arabiya, Rouhani mengatakan akan mengizinkan penggunaan internet.
Kepada media yang kemudian dikutip The Guardian, ulama moderat itu berjanji akan berusaha untuk meminimalisir sensor terhadap internet, termasuk media sosial. Bagi dia, aturan sensor yang ketat akan sia-sia.Ia mengaku memang ada alasan politik dibalik sensor terhadap internet. Karena mungkin ada yang takut masyarakat terlalu besar melalui dunia online.
''Namun kontrol ini tak menghasilkan apapun...,'' ucap dia dikutip dari Al Arabiya, Rabu (3/7).
Rouhani pun kemudian balik bertanya, khususnya kepada para pendukung kontrol ketat terhadap internet. Ia menyatakan apakah ada hasil signifikan dari upaya membatasi informasi. Termasuk pada bulan Maret ketika pemerintah mengambil langkah mengekang kebebasan berinternet dengan memblokir penggunaan VPN.