REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Layanan jaringan teknologi penerus 3G atau disebut Long Term Evolution (LTE) masih belum dioptimalkan dengan baik penggunaannya di Indonesia.
Menurut Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Setyanto P. Santosa, sedikitnya ada empat tantangan yang harus dijawab dalam kerangka optimalisasi teknologi LTE di Indonesia.
Hal itu disampaikan Setyanto di sela berlangsungnya ICT Carnival & LTE Summit II 2014 di Jakarta.
Pertama, Setyanto meminta agar ada penentuan model berkelanjutan untuk pengembangan teknologi pita besar (broadband) di Indonesia.
"Bagaimana ide model berkelanjutan untuk pengembangan Rencana Pita Besar Indonesia dengan menitikberatkan partisipasi aktif sektor privat atau para pengusaha," katanya.
Kemudian kedua, demi lancarnya penerapan LTE di Indonesia harus dicari cara paling ideal untuk menciptakan harmonisasi spektrum yang ada.
Ketiga, perlu ditentukan cara mendorong agar pelaku industri lokal juga turut mendapatkan keuntungan dengan berkembangnya LTE, misalnya melalui pembukaan kesempatan akses dan penyediaan konten.
"Keempat, bagaimana mendorong agar industri manufaktur lokal bisa berkemampuan dan berkemauan untuk memproduksi Perangkat 4G/CPE berbiaya rendah.
"Sebab dengan biaya rendah, harga murah, daya jangkau konsumen meningkat. Nah opsi yang bisa diambil misalnya pemberian insentif kepada industri manufkatur lokal yang produksi Perangkat 4G murah," pungkasnya.