REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) mencatat ada 48,8 juta serangan siber di Indonesia pada 2014. Serangan tertinggi terjadi pada Agustus dengan jumlah 18 juta kali.
Ketua ID-SIRTII Rudi Lumanto mengatakan, penyerang paling banyak berasal dari Indonesia dengan jenis serangan eksploitasi.
"Ancaman terbanyak adalah menyerang website, dengan situs go.id yang paling banyak diserang," kata Rudi dalam seminar Virtus Security di Jakarta, Kamis (30/4).
Serangan tersebut kebanyakan diakibatkan oleh adanya aktivitas malware sebanyak 12.007.808 insiden. Serangan akibat adanya celah keamanan sebanyak 24.168 kasus, kebocoran rekam jejak atau "record leakage" 5.970 kasus.
Serangan melalui password harvesting atau phising sebanyak 1.730 kasus. Selain itu, serangan juga diakibatkan adanya kebocoran domain sebanyak 215 kasus.
Beberapa hal yang mempengaruhi tingginya ancaman serangan siber di tanah air, menurut Rudi, diakibatkan antara lain karena ancaman siber sudah semakin tanpa batas negara dan berkonvergensi.
"Selain itu, sudah terkonvergensinya perangkat teknologi seiring dengan berkembangnya TI, jumlah pengguna perangkat yang semakin besar dan perilaku pengguna yang kurang berhati-hati juga menjadi penyebab tingginya angka serangan siber," katanya.
Secara global, dalam satu menit terdapat 232 PC yang terinfeksi malware, 20 korban pencurian identitas, 12 situs teretas dan 416 situs terkena percobaan retasan.