Kamis 05 Nov 2015 16:58 WIB

Demi Indonesia Digital, Konsumsi Bandwitdh Seharusnya 1 GB

BTS 4G LTE  XL di Mataram
BTS 4G LTE XL di Mataram

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendorong program penyediaan bandwith untuk rakyat dengan target hingga 1 GB per bulan per kapita. Selain itu, Kadin juga mengusulkan dibentuknya lembaga National Chief Information Officer (NCIO). Hal itu menjadi salah satu fokus pembahasan dan rekomendasi dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kadin Bidang TIK dan Penyiaran yang diselenggarakan di Jakarta, Kamis, (5/11).

Wakil Ketua Komite Tetap Infrastruktur dan Jasa Telekomunikasi Kadin, Sarwoto Atmosutarno mengatakan, saat ini tingkat konsumsi bandwith rakyat Indonesia baru 180 MG per bulan per kapita. Hal tersebut masih jauh dari harapan untuk mewujudkan ekonomi digital di Indonesia karena saat ini akses internet sudah menjadi kebutuhan.

“TIK ini sudah menjadi kebutuhan dasar, tanpa adanya bandwith yang bisa menjangkau masyarakat, tentu rakyat akan kesulitan untuk menjadi lebih produktif dan efisien,” ungkap Sarwoto.

Ke depan, lanjut dia, konsumsi bandwith dengan adanya seluler smartphone akan mengarah pada kebutuhan kecepatan akses data. Sehingga pihaknya menghimbau agar semua stakeholder bisa memperhatikan pada pengembangan ketersediaan bandwith dan kecepatan akses.

“Kita harus perhatikan berapa akses dan BPS 3G yang harus dikembangkan, berapa LTE yang harus diekspansi karena nantinya rakyat akan memakai mobilitas itu,” ungkap Sarwoto.

Dia berpendapat, kalau terminal smartphone bisa murah, maka migrasi dari 3G ke LTE dengan dukungan pemerintah pun akan lebih mudah. Sehingga kecepatan yang bisa dicapai oleh rakyat juga bisa lebih cepat dan bandwith yang dipakai oleh rakyat juga bisa meningkat.

Selain Bandwith, untuk pengembangan ekonomi digital, Kadin mengusulkan agar segera dibentuk NCIO. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang TIK dan Penyiaran, Didie Suwondho menjelaskan, nantinya NCIO ini bertugas untuk mengkoordinasikan seluruh aspek TIK, mencakup pemilihan-pemilihan teknologi yang tepat, pemilihan sistem hingga kebijakan penggunaan agar bisa lebih efisien.

Menurutnya NCIO berbeda dengan Badan Cyber Nasional (BCN). NCIO, lanjut dia,  berfungsi untuk mengkoordinasikan implementasi TIK di lintas sektoral sementara BCN ranahnya berkaitan dengan pertahanan nasional, keselamatan masyarakat dan ancaman perekonomian.

“Koordinasi implementasi TIK di masing-masing instansi pemerintahan itu tugasnya NCIO,” kata Didie.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement