Ahad 21 Aug 2016 11:48 WIB

Cyberbullying Ganggu Pola Tidur Anak-Anak

Cyberbullying
Foto: BBC
Cyberbullying

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut penelitian bertajuk Growing Up Online – Connected Kids, yang dilakukan oleh Kaspersky Lab dan iconKids & Youth, cyberbullying menjadi sebuah ancaman yang jauh lebih berbahaya bagi anak-anak. Cyberbullying adalah tindak intimidasi, penganiayaan atau pelecehan disengaja yang anak-anak dan remaja alami di internet.

Menariknya, anak-anak berusia 8-16 tahun lebih waspada terhadap ancaman ini daripada orang tua mereka. Dari keterangan resmi, Ahad (21/8) hasil penelitian Kaspersky Lab menunjukkan hanya 13 persen anak-anak dan 21 persen orang tua yang menganggap hal tersebut tidak berbahaya.

Pada saat yang sama, 16 persen dari anak-anak yang disurvei lebih takut ditindas online daripada offline, sementara setengah (50 persen) anak-anak yang disurvei merasa takut ditindas (bullying) baik itu di kehidupan nyata maupun virtual. Orang tua seharusnya tidak mengabaikan bahaya cyberbullying.

Terlepas dari kenyataan bahwa studi ini menemukan hanya 4 persen dari anak-anak mengaku ditindas secara online (dibandingkan dengan 12 persen dalam kehidupan nyata), pada kenyataannya 7 dari 10 kasus berakibat memberikan konsekuensi yang traumatis. Bullying di Internet memberikan dampak yang serius terhadap kesejahteraan emosional anak-anak.

Orang tua dari 37 persen korban melaporkan dampak kepercayaan diri yang sangat rendah, 30 persen melihat penurunan dalam proses belajar di sekolah, dan bahkan 28 persen mengatakan anak-anak mereka mengalami depresi. Tidak hanya itu, 25 persen dari orang tua menyatakan bahwa cyberbullying telah mengganggu pola tidur anak-anak mereka dan bahkan menyebabkan mimpi buruk (21 persen).

Orang tua dari 26 persen korban menyadari bahwa anak-anak mereka sudah mulai menghindari kontak dengan anak-anak lainnya, dan 20 persen menemukan anak-anak mereka mengidap anoreksia. Hal yang juga mengkhawatirkan adalah statistik menunjukkan bahwa 20 persen dari anak-anak menyaksikan anak lain ditindas secara online, dan di 7 persen kasus, mereka bahkan berpartisipasi di dalamnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement