REPUBLIKA.CO.ID, KALIFORNIA -- Perusahaan teknologi Yahoo mengatakan peretas mencuri informasi 500 juta penggunanya pada 2014. Pencurian tersebut disebut merupakan peretasan siber terbesar dalam sejarah yang diungkapkan pada publik.
Dilansir dari BBC, Jumat (23/9), penyusupan itu termasuk pencurian informasi pribadi, termasuk nama, email dan pertanyaan dan jawaban keamanan yang tidak terenkripsi. Namun, Yahoo mengatakan data kartu kredit tidak dicuri. Menurut Yahoo, peretasan tersebut tampaknya didukung sebuah negara.
Juli lalu, Yahoo dijual kepada raksasa perusahaan telekomunikasi AS, Verizon, senilai 4,8 miliar dolar AS. FBI mengonfirmasi sedang menyelidiki serangan tersebut.
Berita mengenai kemungkinan serangan besar terhadap Yahoo muncul Agustus lalu ketika seorang peretas yang dikenal sebagai Peace mencoba menjual informasi 200 juta akun Yahoo. Yahoo pada Kamis (22/9) mengonfirmasi pencurian itu jauh lebih besar dibanding yang mereka duga sebelumnya.
Data yang diambil termasuk nama, alamat email, nomor telepon, tanggal lahir dan kata sandi terenkripsi. Yahoo merekomendasikan semua pengguna mengganti kata sandi jika mereka belum menggantinya sejak 2014.
"Kami akan mengevaluasi seiring berjalannya penyelidikan terhadap keseluruhan kepentingan Verizon, termasuk konsumen, pemegang saham dan pihak yang berkepentingan," kata Yahoo.