Selasa 14 Feb 2017 16:07 WIB

Paradoks Swafoto, Suka Tapi Benci

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Winda Destiana Putri
Kawasan bebas swafoto di India
Foto: EPA
Kawasan bebas swafoto di India

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah kajian mengenai swafoto kembali diluncurkan. Kali ini, peneliti menemukan hubungan suka tapi benci dalam aktivitas tersebut.

Dilansir laman Mashable, peneliti menemukan, banyak orang secara rutin melakukan swafoto namun banyak orang yang tidak suka melihatnya. Hal ini pun disebut dengan istilah paradoks swafoto.

Kajian itu menemukan, sebanyak 77 persen orang rutin melakukan swafoto. Namun, sebanyak 82 persen mengaku lebih senang melihat foto-foto "normal" di media sosial.

Paradoks swafoto adalah istilah yang dibuat oleh profesor dari Ludwig Maximilians University Sarah Diefenbach. Ia melakukan survey daring untuk mengetahui motif dan penilaian seseorang mengenai swafoto. Kajian itu melibatkan 238 orang di Austria, Jerman, dan Swiss.

Diefenbach menjelaskan, terdapat tiga kategori orang melakukan swafoto. Yang pertama adalah orang yang melakukan swafoto untuk mengiklankan diri. Orang ini berharap penggemarnya di medsos bisa menyerap karakter positif.

Kemudian, ada orang yang menggunakan swafoto sebagai wadah pengungkapan diri. Orang ini cenderung ingin berbagi apa yang ia rasakan kepada seluruh orang untuk mendapatkan simpati. Terakhir, adalah seseorang yang menggunakan swafoto untuk memotret dirinya namun tanpa memamerkan pencapaian atau keberhasilannya.

Peserta yang mencatat skor tinggi di kelompok promosi dan pengungkapan diri cenderung menilai positif kebiasaan swafoto. Meski begitu, kajian tersebut menunjukkan 62 hingga 67 persen peserta menilai gambar-gambar swafoto memiliki dampak negatif seperti kepada kepercayaan diri. Persepsi negatif juga tampak dari 82 persen peserta merasa lebih baik melihat foto lain ketimbang swafoto di media sosial.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement