REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Instansi pemerintahan di seluruh dunia merupakan sasaran yang paling diincar oleh para pelaku kejahatan siber. Sampai-sampai, kini, serangan siber pada sektor pemerintahan meningkat hingga dua kali lipat.
Country Head Dimension Data Indonesia, Hendra Lesmana mengatakan, secara konstan, pemerintahan di seluruh dunia berada di bawah ancaman serangan siber yang canggih. "Serangan siber itu dilakukan baik oleh negara saingan, kelompok teroris maupun oleh para hackers dan penjahat siber," ujar Hendra dalam koferensi pers usai Dimension Data menggelar seminar keamanan siber dengan tema Security Imperative for a Succesful Digital Transformation di Jakarta pada Selasa (9/5).
Berdasar data Global Threat Intelligence Report (GTIR) 2017, sebelumnya, ancaman siber bagi sektor pemerintahan pada 2015 hanya berporsi 7 persen dari semua ancaman siber di dunia. Tahun 2016, porsi itu meningkat menjadi 14 persen atau dua kali lipat.
Menurutnya, serangan siber itu dilancarkan karena pemerintah memegang informasi sensitif dalam jumlah yang sangat besar, mulai dari data prbadi, data anggaran dan komunikasi yang sensitif serta informasi yang dihimpun oleh inteligen.
"Hal yang menarik adalah tahun ini kita melihat adanya berbagai insiden yang melibatkan ancaman-ancaman dari orang dalam," ucapnya.