REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Perusahaan pembuat antivirus Kaspersky Lab mengatakan berdasarkan hasil analisanya ada sekitar 2.000 serangan siber ransomware, sebagian besar di Ukraina, Rusia dan Polandia.
Organisasi polisi internasional Interpol mengatakan mengawasi dengan seksama situasi tersebut dan berkoordinasi dengan negara anggotanya. Para ahli menyatakan malware tersebut mengambil keuntungan dari kelemahan yang sama seperti yang digunakan Wannacry bulan lalu.
"Itu awalnya muncul sebagai variasi dari ransomware yang muncul tahun lalu. Ransomware itu disebut Petya dan versi terbarunya Petwrap, tapi sekarang hal itu belum jelas," kata ilmuwan komputer Alan Woodward, dilansir dari BBC, Rabu (28/6).
Kaspersky Lab meyakini malware tersebut adalah jenis baru yang belum pernah ada meski mirip dengan Petya. Firma ini mengumumkan virus tersebut bukanlah Petya. Kaspersky menambahkan telah mendeteksi serangan serupa di Polandia, Italia, Jerman, Prancis dan AS.
Sejumlah perusahaan di dunia melaporkan telah diserang oleh virus ransomware. Perusahaan periklanan WPP menjadi salah satu korbannya.
Virus yang sumbernya belum diketahui ini membuat komputer tidak bisa digunakan hingga tebusan dalam bentuk Bitcoin dibayarkan. Alamat pengiriman Bitcoin juga belum bisa dilacak.
Firma Ukraina, termasuk perusahaan listrik negara dan bandara utama Kiev termasuk yang pertama melaporkan serangan itu. Pengawasan tingkat radiasi pembangkit nuklir Chernobyl juga terpaksa dilakukan secara manual karena sensornya yang berbasis Windows mati.
Baca: Virus Ransomware Kembali Menyerang Sistem Komputer Global