Ahad 29 Oct 2017 16:32 WIB

Ekosistem Startup Indonesia Harus Dibangun

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Startup. Ilustrasi
Foto: expertbeacon.com
Startup. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisnis startup terus berkembang dan banyak yang berlomba-lomba membangun startup-nya sendiri. Namun, jika ekosistem startup-nya belum dibangun, maka upaya menciptakan bisnis digital ini bisa terhambat.

''Ekosistemnya harus dibangun. Sehingga kalau startup ini masuk, tidak menemui hambatan,'' kata Dirjen Aplikasi dan Informatika Kemenkominfo Samuel Abrijani Pangerapan, dalam acara Google Developers Launchpad, di Jakarta, Ahad (28/10).

Kalau menemui hambatan, lanjut dia, developer bisa lari ke negara lain. Ekosistem itu sendiri adalah bagaimana menyiapkan ide, coding, bisnis, maupun desainer. Komponen tersebutlah yang harus ditumbuhkan agar perkembangan startup di Indonesia melaju kencang.

Sementara itu, Chief Executive KIBAR Yansen Kamto menuturkan, potensi bisnis startup sangat besar, karena 52 persen dari populasi masyarakat Indonesia adalah anak muda. Karena itu, syarat untuk memulai startup bukanlah modal, melainkan mentor.

Mentor tersebut juga orang yang mesti ahli di bidang masing-masing. ''Kalau pemerintah punya visi, Digital Energy of Asia, Kominfo spesifik bagaimana membangun pondasi. Manusianya perlu dimentorin,'' ujar dia.

Ia menambahkan, saat ini baru generasi pertama untuk startup digital. Dari 357 mentor di Indonesia, semua masih pelaku startup yang ingin berbagi ilmu dan pengalaman. Hanya saja, yang harus dibayangkan adalah bagaimana untuk naik kelas. Google sebagai pemain global sudah punya program yang mendukung startup.

''Kalau mau bangun ekosistem tidak bisa sendiri, harus kolaborasi. Itu yang perlu dilakukan. Pondasi paling bawah,'' tegasnya.

Yansen mengatakan, jika pondasi ekosistem telah terbangun, barulah dipikirkan untuk lanjut kemana. Apakah akan ikut inkubator ataupun akselerator. Masalahnya, akselerator dan inkubator yang ada di Indonesia jumlahnya masih sangat terbatas. Sehingga, yang bisa ikut hanya orang yang di Jakarta. Kendalanya adalah karena kebutuhan untuk inkubator dan akselerator itu memang belum banyak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement