Sabtu 03 Feb 2018 10:48 WIB

Ada 23 Jenis Malware Berkedok Konten Porno

Penggunaan topik porno paling aktif di lansekap ancaman perangkat mobile.

malware
malware

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menurut laporan terbaru Kaspersky Lab selama 2017 ada 25,4 persen atau 1,2 juta lebih pengguna perangkat mobile yang harus menghadapi malware berkedok konten khusus dewasa.

Program berbahaya tersebut menggunakan konten khusus dewasa untuk memancing mereka memasang perangkat lunak jahat di perangkat mereka menurut siaran pers Kaspersky Lab, Jumat.

Berdasarkan temuan Kaspersky Lab, seperti dilansir antaranews.com, Sabtu (3/2),  penggunaan topik porno paling aktif di lansekap ancaman perangkat mobile. 

Selama penelitian, para ahli Kaspersky Lab mengidentifikasi 23 jenis malware yang menggunakan konten porno untuk menyembunyikan fungsi mereka yang sebenarnya. 

Saat mengunduh aplikasi porno yang tidak dikenal, pengguna berisiko terkena infeksi bernama clickers.  Setelah terinfeksi, malware ini mulai meng-klik tautan iklan atau mencoba memasukkan pengguna ke langganan WAP untuk menguras kredit seluler prabayar mereka.

Trojan perbankan yang disamarkan sebagai pemutar video porno merupakan malware berkedok pornografi terbesar kedua yang paling sering disebar, diikuti malware rooting dan ransomware. Bahkan ransomware sering hadir dalam bentuk aplikasi yang sah untuk situs porno dikenal. 

Dalam banyak kasus, ransomware porno menggunakan taktik scareware yaitu mengunci layar perangkat dan menunjukkan pesan yang menyatakan bahwa konten ilegal (biasanya pornografi anak) telah terdeteksi pada perangkat, dan perangkat tersebut telah dikunci. 

Untuk membuka kunci perangkat, korban harus membayar uang tebusan. Pesan ini biasanya dilengkapi dengan screenshot dari video porno anak yang sebenarnya.

Untuk mencegah permasalahan malware atau penipuan siber terkait konten khusus dewasa, Kaspersky Lab menyarankan pengguna untuk hanya menggunakan website terpercaya. Penjahat siber seringkali membuat situs porno palsu untuk tujuan tunggal yaitu menginfeksi korban dengan malware.

Perusahaan anti-virus dan keamanan siber itu juga menganjurkan pengguna tidak memasang aplikasi Android dari sumber yang tidak dikenal meski menjanjikan dapat mengakses konten yang dicari. Sebagai gantinya, gunakan aplikasi resmi dari sumber resmi seperti Google Play.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement