REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyebut nama Tik Tok, pikiran akan tertuju pada platform video musik yang sempat menuai kontroversi tahun lalu. Kemenkominfo sempat menyetop layanan Tik Tok di Indonesia lantaran dianggap menyebarkan konten alay dan menjurus mesum.
Head Marketing Tik Tok Indonesia Dina Bhirawa mengatakan pihaknya berterima kasih karena pemerintah memberikan perhatian khusus pada Tik Tok. Setelah pemblokiran dicabut kini aplikasi asal Cina itu mencatatkan 10 juta pengguna di Indonesia dengan lima juta pengguna aktif per harinya.
"Dulu citra Tik Tok dipakai oleh anak-anak alay. Dari situ kita belajar untuk memberikan edukasi terhadap anak-anak muda bagaimana menggunakan Tik Tok yang baik dan benar," ujar Dina baru-baru ini.
Sebagai wujud komitmen tersebut belum lama ini Tik Tok menjadi pendukung acara Training of Trainers Digital Literacy for Internet Activist yang diselenggarakan oleh ICT Watch. Acara ini adalah ajang pelatihan bagi anak-anak muda pegiat internet dari seluruh provinsi di Indonesia.
Plt Direktur Eksekutif ICT Watch Widuri menerangkan sejatinya tiap platform punya panduan komunitas. Namun para pengguna platform tersebut seringkali abai dan tidak mematuhi aturan itu.
"Kita ambil contoh Tik Tok. Di Cina konten Tik Tok berisi macam-macam edukasi seperti bagaimana cara menyeberang jalan yang benar dan sejenisnya. Jadi semua tergantung pengguna memanfaatkan platform," jelas Widuri.
Oleh karena itu lewat acara Training of Trainers Digital Literacy for Internet Activist yang diikuti perwakilan tiap provinsi, ICT Watch berharap bisa menyampaikan pesan pentingnya literasi digital ke berbagai daerah. Selain itu pengguna internet juga perlu disadarkan pentingnya privasi dan keamanan di dunia digital serta bagaimana mencegah penyebaran hoaks.