Ahad 10 Mar 2019 00:31 WIB

Menkominfo: Teknologi tak akan Menghilangkan Tenaga Pekerja

Menkominfo mengatakan platform online bisa menciptakan lapangan kerja.

Rep: Novita Intan/ Red: Ratna Puspita
Menkominfo Rudiantara memberikan keterangan setelah diperiksa Bawaslu, Senin (18/2). Rudiantara diduga melakukan pelanggaran-pelanggaran kampanye dalam kegiatan internal Kemenkominfo pada akhir Januari lalu.
Foto: Republika/Dian Erika Nugraheny
Menkominfo Rudiantara memberikan keterangan setelah diperiksa Bawaslu, Senin (18/2). Rudiantara diduga melakukan pelanggaran-pelanggaran kampanye dalam kegiatan internal Kemenkominfo pada akhir Januari lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemajuan teknologi yang pesat turut membawa berbagai dampak perubahan terhadap masyarakat. Kondisi ini berlaku untuk Indonesia yang sedang mempersiapkan diri sebagai negara ekonomi digital.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengakui selama ini pola kehidupan masyarakat yang mengalami perubahan akibat teknologi, dimulai cara pembayaran melalui sistem online yang digunakan untuk kegiatan belanja hingga pengumpulan dana donasi. Kendati demikian, ia mengatakan, dengan munculnya sistem serba digital, Indonesia tak perlu takut kehilangan jutaan pekerjaan seperti yang diberitakan belakangan ini.

“Itu bacaan orang yang penuh ketakutan. Katanya sekian puluh juta pekerja hilang akibat adanya teknologi. Kalau saya terbalik dengan teknologi justru menciptakan tenaga kerja," ujarnya saat acara Seminar Nasional Kolaborasi Milenial dan Fintech Menyosong Revolusi Industri 4.0 di Universitas Sebelas Maret, Sabtu (9/3).

Menurut Rudiantara, saat ini dengan platform online bisa menciptakan lapangan kerja, juga memungkinkan antara pihak perusahaan dan mitranya berbagi aset. Selain itu, kemunculan perusahaan financial technology (fintech) khusus masyarakat yang belum memiliki akses terhadap bank menjadi memiliki akses ke jasa keuangan.

"Di Go-Jek yang punya aset memang Go-Jek? yang punya aset ya yang punya motor," ucapnya.

Kendati demikian, Rudiantara menegaskan teknologi banyak membawa perubahan di masyarakat bukanlah dewa. Kecanggihan teknologi yang mengubah pola hidup masyarakat ini tidak didorong oleh perubahan teknologinya tetapi pola pikir.

"Saya menteri yang in charge di bidang teknologi. Tapi teknologi bukan dewa," ungkapnya.

Dia menceritakan pendiri Go-Jek Nadiem Makarim mendapat ide untuk membuat platform aplikasi layanan transportasi ketika pergi ke ojek pangkalan. Saat itu Nadiem, kata Rudiantara, menanyakan berapa perjalanan biasanya dalam satu hari.

"Akhirnya Nadiem pikir bagaimana ojek bergerak, bagaimana kalau ojek yang datang sehingga konsumen tidak perlu ke pangkalan dengan teknologi. Jadi jangan mendewakan teknologi," jelasnya.

Rektor UNS Ravik Karsidi menambahkan dalam 10 tahun terakhir dunia terjadi perubahan era revolusi industri 4.0. Bahkan, beberapa negara lain sudah memulainya, seperti digital ekonomi, artifical inteligent, big data, robotic dan lain sebagainya.

“Cukup lama tapi di Indonesia, lebih baik terlambat daripada tidak segera memulai,” ungkapnya.

Menurutnya, saat ini Fintech terus bergerak mensosialisasikan terhadap masyarakat. Dimulai Star-up pembayaran, sistem pembayaran yang baru, perencana keuangan atau personal finance, investasi ritel, pembiayaan funding yang baru, uang elektronik atau e-money ada di dalam gadget.

Di sisi lain, Kominfo bersama Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara rutin melakukan koordinasi untuk memberantas Fintech ilegal. Sejak Juli 2018 hingga Februari 2019 OJK mengidentifikasi ada 803 perusahaan fintech ilegal.

"Tiap hari kami lakukan penyisiran [fintech ilegal] karena setiap hari yang menipu ada saja," ucapnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement