REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kepala Keamanan Siber Gedung Putih, Amerika Serikat (AS), Dimitrios Vistakis resmi mengundurkan diri dari jabatannya dan memberi tahukan alasan di balik hal itu. Dilansir melalui The Next Web, Sabtu (26/10), ia harus keluar karena adanya praktek yang disebut ‘tidak masuk akal’ terjadi, termasuk pembersihan secara sistemik terhadap para staf di divisinya.
Saat itu, para staf mengatakan bahwa adanya sebuah sejarah yang berulang terjadi. Vistakis kemudian menuturkan bahwa selama tiga bulan terakhir, Gedung Putih telah memposisikan diri untuk mendapatkan serangan siber atau sejenis elektronik lainnya. Dalam sebuah pernyataan pengunduran dirinya, ia juga mengatakan bahwa tindakan ini seperti membiarkan sebagian besar pengetahuan institusional untuk secara bersamaan berjalan dan tampaknya bertentangan dengan kepentingan misi dan tim secara keseluruhan.
Pernyataan Vistakis diambil dari memo yang dikirim oleh Vistakis dan dirangkum guna menunjukkan kekhawatiran dirinya. Sisa dalam surat pengunduran diri itu adalah menggambarkan bagaimana pemerintahan AS yang dipimpin oleh Presiden Donald Trump secara kejam membersihkan para pakar keamanan negara, yang bertugas di era mantan presiden Obama untuk memperkuat keamanan siber, setelah adanya insiden pada 2014.
Menurut Vistakis, Kantor Kepala Petugas Keamanan Informasi (OCISO) telah menjadi sasaran kepemimpinan Gedung Putih untuk segera dilengserkan. Ia mengatakan bahwa nampaknya para pemimpin menggunakan taktik untuk bermusuhan dengan anggota OCISO, termasuk dengan menahan bonus tahunan, serta membatasi lingkup pekerjaan, hingga memaksa mereka berhenti.
Vistakis mengatakan bahwa sejak tim yang dikepalainya didirikan, Gedung Putih tidak mengalami insiden lebih lanjut seperti pada 2014. Meski demikian, ia mengutarakan keprihatinan bahwa Pemerintah AS nampaknya mengukur keberhasilan program keamanan siber, hingga keberhasilan staf dengan tidak akurat dan tidak masuk akal.
Salah satu keberatan utama yang disampikan Vistakis adalah bahwa para pejabat Gedung Putih memprioritaskan kenyamanan atau kemudahan sang presiden, dibandingkan dengan keamanan siber dan komputer yang sebenarnya. Langkah-langkah yang diambil Trump bukanlah satu-satunya dilakukan terkait bidang teknologi dan sains di AS, yang dinilai telah dirusak.
Sejak mulai menjabat pada 20 Januari 2017, Trump telah mengubah Kantor Kebijakan Sains dan Teknologi, hingga National Science and Technology Council menjadi tidak lagi berfungsi seperti seharusnya.