Rabu 22 Jun 2022 05:07 WIB

Riset Sebut Arus Utama Metaverse Mungkin Terlihat 10 Tahun Lagi

Hiburan merupakan salah satu peluang awal untuk teknologi gaya metaverse.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Pembangunan metaverse Indonesia dipekirakan membutuhkan waktu cukup lama. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Pembangunan metaverse Indonesia dipekirakan membutuhkan waktu cukup lama. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peneliti GlobalData mengungkapkan metaverse disambut baik oleh berbagai kalangan. Sebanyak 40 persen perusahaan menyebutkan metaverse dalam dokumen pengarsipan selama kuartal pertama tahun 2022. Pernyataan tersebut terungkap setelah pendiri Meta dan CEO Mark Zuckerberg terus berupaya membangun metaverse dengan menghabiskan puluhan miliar dolar AS.

Perusahaan teknologi lain ikut merapat, seperti Microsoft dan spesialis chip Qualcomm yang berfokus pada pengembangan perangkat keras dan aplikasi untuk ruang metaverse. Dalam istilah sederhana, metaverse adalah jaringan dunia virtual 3D yang menggunakan teknologi seperti virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) untuk membantu orang saling terhubung di internet.

Baca Juga

GlobalData mencatat arus utama metaverse business to business (B2B) setidaknya terlihat dalam satu dekade lagi. Permainan dan hiburan merupakan salah satu peluang awal untuk teknologi gaya metaverse.

Di Merlin Entertainment, CTO Lee Cowie, mengatakan, perusahaannya sedang mengeksplorasi bagaimana teknologi dapat dikembangkan untuk metaverse.

Salah satu wahana yang diluncurkan perusahaan belum lama ini di Legoland Windsor, yaitu AR yang dibangun ke dalam aplikasi seluler. Selain itu, Merlin juga menjalankan wahana dalam VR. Menurut Cowie, langkah-langkah tentatif ini menunjukkan arah perjalanan menuju metaverse.

“Terlalu dini untuk memahami apakah metaverse akan menjadi hal besar atau hanya kata kunci dan latihan pemasaran. Tapi saya menduga itu akan memiliki momentum yang cukup dan akan menjadi hal yang kami minati,” kata Cowie, dikutip ZDNet, Selasa (21/6/2022).

Analis Gartner, Mark Raskino, menyarankan, tantangan untuk mengisi pandangan manusia dengan ruang gambar yang realistis dan mendalam merupakan masalah yang sangat sulit untuk dipecahkan. “Saya percaya suatu hari bisnis biasanya akan dilakukan dalam metaverse visual 3D yang sepenuhnya imersif. Tapi itu tidak akan terjadi di tahun 2020-an. Mungkin tidak akan terjadi di tahun 2030-an,” ujar dia.

Salah satu bidang di mana perkembangan menuju metaverse mungkin membuahkan hasil adalah pendidikan karena teknologi dapat membantu mengembangkan pengalaman belajar yang mendalam bagi siswa. CIO di Saïd Business School, Mark Bramwell, mengatakan departemen IT-nya telah melakukan percakapan eksplorasi awal bersama departemen pemasaran tentang bagaimana metaverse dapat digunakan untuk menyampaikan kelas melalui AR dan VR.

Bramwell mengklaim pihaknya telah mempertimbangkan aplikasi nyata, termasuk membantu orang-orang di program MBA Saïd yang mencakup 340 siswa dari 60 negara yang berbeda untuk bersiap pindah ke Inggris.

"Kami sudah mulai berpikir tentang kemungkinan metaverse dapat memberikan induksi virtual yang akan memberi siswa cara untuk bertemu kelompok mereka dan berkeliling sekolah di dunia virtual. Mungkin universitas virtual masa depan ada di metaverse di mana itu semuanya beroperasi secara virtual,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement