REPUBLIKA.CO.ID, Ilmuwan di Jerman berhasil mengaktifkan reaktor fusi 'Stellarator' terbesar di dunia. Dijuluki Wendelstein 7-X (W7-X), reaktor ini didesain untuk menghasilkan plasma super panas selama lebih dari 30 menit. Pekan ini, reaktor berhasil menghasilkan gas super panas hanya dalam waktu 0,1 detik.
Ilmuwan berharap jika bisa bekerja lebih lama reaktor nuklir ini mampu menghasilkan pasokan gas untuk energi bersih dan murah yang tidak terbatas. Reaktor fusi ini bekerja dengan menempatkan atom hidrogen di bawah panas dan tekanan tinggi. Panas dan tekanan ini menyebabkan hidrogen melebur menjadi atom helium.
Proses ini menghasilkan banyak energi. Reaktor ini memiliki medan magnet yang kiat sehingga bisa menjaga plasma agar tidak dingin dan kehilangan energinya. Baru-baru ini, reaktor menghasilkan plasma helium yang mencapai suhu 1 juta derajat celsius.
"Kami sangat puas. Semua berjalan sesuai rencana," ujar Hans Stephen Bosh, penanggung jawab operasional W7-X di hari pertama percobaan, dilansir dari Daily Mail.
Yuk Intip Kehidupan Hewan Liar di Lokasi Bekas Bocornya Reaktor Nuklir
Ilmuwan masih memiliki pekerjaan rumah memperpanjang durasi debit plasma dan mencari metode terbaik untuk memanaskan plasma helium menggunakan microwave. Mereka mengklaim desain yang tidak biasa akhirnya membantu membuat tenaga fusi menjadi kenyataan.
Reaktor Nuklir Rawan Kena Serangan Siber
Desain yang paling umum adalah desain tokamak. Desain ini berupa ruang logam berongga dalam bentuk donat. Sementara, desain ini menimbulkan beberapa risiko keamanan. Pada Stellarators ini, plasma terkandung oleh kumparan magnet yang membuat garis-garis medan berputar di dalam ruang vakum sehingga dianggap lebih aman.
Reaktor ini bekerja menggunakan dua jenis atom hidrogen yakni deuterium dan tritium. Keduanya kemudian ditambahkan energi agar elektron dari atom-atomnya lepas dan menghasilkan ion plasma yang menghasilkan energi dalam jumlah yang sangat besar.
Desain Stellarator pertama kali tercetus pada tahun 1951 oleh Lyman Spitzer. Namun, saat itu desain ini dianggap terlalu kompleks. Serakang, dengan bantuan superkomputer dan bahan-bahan baru, akhirnya reaktor ini bisa diwujudkan.