REPUBLIKA.CO.ID, Para ilmuwan dari Museum of London, University of Durham dan Universitas McMaster di Kanada, meneliti sisa-sisa kerangka Romawi yang ditemukan sekitar 40 tahun lalu. Mereka meneliti empat kerangka, termasuk wanita. Mereka menganalisis enamel gigi untuk mengekstrak DNA kuno dan dari ini mampu menggambarkan rambut dan warna mata setiap individu, kromosom seks dan setiap penyakit yang mereka derita.
Ada yang mengejutkan. Analisis DNA pada kerangka yang diyakini adalah wanita Romawi ternyata memiliki kromosom laki-laki. Jenazahnya ditemukan di Southwark, London selatan London pada 50-70 masehi. Ilmuwan bisa meyakini kerangka ini adalah wanita dilihat dari bentuk panggul dan tulang panggul.
Dikenal sebagai 'The Harper Road Woman', ia dimakamkan dalam peti mati kayu dengan barang-barang kesayangannya seperti sebuah guci anggur, cermin perunggu dan gelang di kakinya. Barang-barang ini menunjukan dia memiliki status yang tinggi di masyarakat pada masa hidupnya.
Tim mengatakan, kerangka 'The Harper Road Woman' menunjukkan karakteristik perempuan. Namun, di dalam perempuan itu terdapat kromosom laki-laki. Kromosom adalah penentuan jenis kelamin pada manausia. Perempuan memiliki kromosom XX, sedangkan laki-laki memiliki kromosom XY.
Fosil Dinasaurus Mirip Unta Berusia 125 Juta Tahun Ditemukan
Para ilmuwan belum menentukan alasan yang tepat di balik penemuan ini. Diketahui bahwa minoritas wanita memiliki kromoson 'laki-laki' atau urutan gen Y-kromosom. Dalam beberapa kasus, hal ini termasuk dalam gangguan perkembangan seksual di dalam rahim disebut androgen insensitivy Syndrome (AIS). Hal ini dapat diturunkan melalui ibu atau terjadi sebagai mutasi spontan.
Ilmuwan menduga 'The Harper Road Woman' mungkin telah memiliki kondisi interseks langka yang mempengaruhi satu dalam satu juta orang yang disebut disgenesis gonad. Hal ini disebabkan ketika seseorang memiliki karakteristik perempuan eksternal tetapi ovarium yang tidak berfungsi. Para peneliti berencana untuk menganalisis lebih dari 20.000 sisa-sisa manusia yang disimpan di Museum of London.
Rebecca Redfern, kurator dari Museum London mengatakan pihaknya akan terus malekukan penelitian sehingga bisa diketahui dari masa asalnya koleksi-koleksi yang ada di museum tersebut.