REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menargetkan akan memiliki bandara antariksa untuk peluncur roket sebelum tahun 2040. Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengatakan sesuai dengan amanat Undang-Undang keantariksaan, 25 tahun sejak saat ini Indonesia diharapkan memiliki bandara ruang angkasa.
"Konsep awal sudah mulai dikaji-kaji tap kita belum menentukan lokasinya apakan di Biak atau di Morotai," ujar Thomas, saat ditemui di sela-sela acara Galaxy Forum, di Skyworld TMII, Rabu (24/2).
Jika Indonesia sudah memiliki stasiun peluncur roket, Indonesia tidak lagi 'menumpang' dari India untuk meluncurkan satelit. Selain itu pula, Indonesia terletak di dekat garis khatulistiwa yang merupakan lokasi terbaik untuk peluncuran satelit.
"Kita harus bisa meluncurkan roket kita sendiri dari wilayah kita sendiri," kata dia.
Tahun ini, LAPAN juga akan meluncurkan satelit baru LAPAN A3. Satelit ini bekerja sama dengan IPB untuk memantau pertanian dan maritim. Saat ini, pengerjaan satelit A3 sudah sampai pada pengujian terakhir. Thomas berharap bulan April sudah kelar dan segera bisa diputuskan waktu peluncurannya. Jika tidak ada aral melintang, pelucnuran satelit A3 diharapkan bisa bulan Juni atau Agustus.
Satelit A3 dilengkapi dengan sensor deteksi kapal, kamera, video. Sama seperti dua satelit yang sebelumnya telah diluncurkan LAPAN yakni A1 dan A2, satelit A3 ini akan diluncurkan dari India. Satelit A3, kata Thomas memiliki bobot sekitar 80 kg dengan orbit polar detinggian 650 km. Satelit dengan nilai investasi Rp 55 miliar ini semuanya dibuat di Indonesia meksipun masih banyak komponen impornya. Semua konstruksinya dari LAPAN.
"Kita memiliki kerja sama dengan India karena India menempatkan stasiun penjejak satelit di Biak, timbal baliknya LAPAN minta fasilitas peluncuran roket di India," kata dia.
baca juga: Catatan Karya Indonesia 2015: Pesawat N219, Satelit Lapan dan Kapal Riset