Senin 13 Jun 2016 14:24 WIB

Ilmuwan Gagas Model Baru Prediksi Penyakit

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Pusat pengobatan pasien Ebola yang didanai pemerintah Australia akan resmi digunakan kemarin malam.
Foto: AFP
Pusat pengobatan pasien Ebola yang didanai pemerintah Australia akan resmi digunakan kemarin malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan di Inggris mengembangkan model baru untuk memprediksi wabah penyakit zoonosis. Penyakit yang dimaksud ialah yang melompat dari hewan ke manusia, seperti ebola dan zika.

"Model kami dapat membantu pembuat keputusan menilai kemungkinan dampak pada penyakit zoonosis dari setiap intervensi atau perubahan kebijakan pemerintah nasional atau internasional, seperti konversi padang rumput untuk lahan pertanian," kata pemimpin studi, Profesor Kate Jones dari University College London.

Jones menjelaskan, model baru itu memanfaatkan perubahan iklim dan jumlah populasi untuk memprediksi penyakit. Model itu juga berpotensi melihat dampak perubahan global pada banyak penyakit sekaligus.

Sekitar 60 sampai 75 persen penyakit zoonosis tersebut diketahui menular dan berbahaya, seperti ebola, zika, demam rift valley, dan demam lassa. Hewan yang terkenal membawa banyak virus zoonosis ialah kelelawar.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Methods in Ecology and Evolution itu menguji model dengan prediksi demam lassa. Penyakit endemik di Afrika Barat itu disebabkan oleh virus yang ditularkan dari tikus.

Tim Jones meneliti 408 lokasi wabah demam lassa selama periode 1967 sampai 2012. Prediksi perubahan dilihat dari indikator penggunaan lahan, hasil panen, suhu, curah hujan, perilaku masyarakat, dan akses ke perawatan kesehatan.

Seperti ebola, lassa menyebabkan demam berdarah dan bisa berakibat fatal. Studi memprediksi, jumlah orang yang terinfeksi pada tahun 2070 akan bertambah menjadi 406.000 dari angka semula 195.000 karena perubahan iklim dan populasi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement