REPUBLIKA.CO.ID, Lebah adalah penyerbuk paling sempurna, namun populasinya di banyak negara dunia semakin menurun. Entimologi di University of Maryland, Dennis van Engelsdrop mengatakan angka kematian hewan berkoloni ini kian tinggi. "Menurut kami salah satu penyebabnya adalah flu lebah," kata Engelsdrop, dilansir dari Eating Well, Kamis (8/9).
Flu lebah muncul karena terimbas dari keberadaan virus dan patogen lain di alam. Tiga faktor utama penyebabnya adalah meningkatnya penggunaan pestisida, keberadaan tungau varroa, dan gizi buruk pada lebah. Semua itu melemahkan sistem kekebalan tubuh hewan penyengat ini.
Lebah kini semakin sulit mencari makan mengingat banyak lahan dikembangkan untuk pemukiman. Engelsdrop dalam penelitiannya menemukan setidaknya 21 jenis pestisida dalam serbuk sari sebuah tanaman yang menjadi sumber pakan lebah.
Jika lebah tak ada lagi, pola makan manusia menjadi kurang beragam. Sekitar 33 persen dari apa yang manusia makan berasal dari tumbuhan yang diserbuki lebah, seperti almond, asparagus, blueberry, alpukat, brokoli, bawang, ceri, dan mentimun.
Turunnya keanekaragaman sumber pakan manusia selanjutnya memengaruhi jumlah buah-buahan, sayuran, bahkan susu nabati yang semakin langka. Itu karena alfafa yang kaya protein dan berfungsi menyerbuki bunga juga menurun.
Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu? Pertama, sebagai konsumen, Anda bisa mengutamakan membeli madu lokal dari peternak langsung. Madu ini lebih baik kualitasnya dibandingkan madu dengan pemanis buatan yang dijual bebas di pasaran.
Kedua, berkebun dengan cara menanami lahan kosong dengan tanaman yang ramah penyerbuk. Pilihlah tanaman berbunga misalnya jenis yang mekar sepanjang musim. Hindari penggunaan pestisida komersial, herbisida, dan fungisida. Pupuk organik lebih direkomendasikan.
Ketiga, membuat rumah lebah supaya lebah asli bisa tinggal di sana. Banyak sekali lebah mati pada musim panas karena mereka tidak dapat menemukan lokasi sarang yang pas.