REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Terbentang antara Yordania dari timur ke barat melintasi wilayah Israel dan Palestina, Laut Mati merupakan danau terkurung daratan. Air Laut Mati dikenal sebagai yang paling asin di dunia.
Menurut National Oceanographic and Atmospheric Administration (NOAA), mayoritas air laut berkadar garam sekitar 3,5 persen. Garam ini berasal dari bebatuan di darat yang terbasuh dan larut oleh kandungan asam pada air hujan hingga terbawa ke laut. Garam ini umumnya adalah natrium (Na) dan klorida (Cl) yang kemudian terakumulasi di laut sebagai garam.
Namun, kandungan garam di laut pada umumnya itu hanya seperti setetes air di ember dibandingkan kandungan garam Laut Mati. NOAA memperkirakan air di Laut Mati memiliki kadar garam lima hingga sepuluh kalinya air laut biasa. Salinitas meningkat seiring makin dalamnya air. Di kedalaman di bawah 100 meter, air di Laut Mati sedemikian pekat dan garam menumpuk di dasar laut.
Minerva Dead Sea Research Center (MDSRC) menjelaskan, satu-satunya sumber air masuk Laut Mati adalah air tawar Sungai Jordan. Tanpa memiliki saluran keluar, air tawar Sungai Jordan terperangkap. Terkurung daratan, air di Laut Mati menguap lebih cepat dibanding air di lautan terbuka dan menyisakan garam dalam jumlah masif, demikian dilansir Live Science, akhir pekan lalu.
Beberapa waktu belakangan, aktifitas manusia memanfaatkan air di Sungai Jordan membuat air di Laut Mati makin asin. Sebuah riset menyebut bahkan tanpa intervensi manusia, Laut Mati bisa berada dalam masalah. Pada 2010 dan 2011, sejumlah ilmuwan melakukan penggalian di Laut Mati untuk mencari tahu sejarah geologisnya. Mereka menemukan Laut Mati pernah mengering pada sekitar 120 ribu tahun lalu di periode hangat yang mengawali abad es terakhir.
Meski tanpa kejelasan masa depan, Laut Mati masih menyodorkan kejutan. Pada 2011 lalu, para peneliti melakukan ekspedisi penyelaman dengan alat khusus dan menemukan mata air tawar yang dikelilingi mikrobiologi di bawah Laut Mati.