Selasa 11 Oct 2016 20:29 WIB

Batan: Pengembangan Teknologi Nuklir Penting

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Ilham
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Prof. DR. Djarot Sulistio Wisnubroto.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Prof. DR. Djarot Sulistio Wisnubroto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Teknologi Nuklir Nasional, Djarot Sulistio Wisnubroto, mengatakan Indonesia perlu mengembangkan teknologi nuklir. Menurutnya, nuklir merupakan sumber energi terbarukan yang dibutuhkan secara jangka panjang.

Djarot menuturkan, dari 10 negara berpenduduk terbanyak di dunia, baru Indonesia yang belum berkomitmen mengembangkan teknologi nuklir. Negara lain seperti Bangladesh dan Nigeria, sudah menunjukan komitmen dengan rencana pengembangan teknologi tersebut.

"Dari segi jumlah penduduk, Indonesia punya hampir seperempat miliar. Kondisi ini membuat kebutuhan energi di Indonesia besar. Selain listrik, negara kita juga memerlukan energi untuk hal lain seperti pertanian, kesehatan, dan sebagainya," kata dia.

Sementara itu, saat ini Indonesia masih menggantungkan sumber energi dari mineral berupa minyak, gas bumi dan batubara. Padahal, lanjut dia, cadangan sumber energi tersebut semakin menipis karena tidak dapat diperbaharui.

Karena itu, nuklir yang merupakan sumber energi baru dan terbarukan diharapkan dapat menjadi alternatif pemenuhan sumber energi untuk Indonessia. "Pengembangan teknologi nuklir itu penting secara jangka panjang. Ada target pemenuhan energi terbarukan yang harus dicapai Indonesia. Selain itu, ketersediaan sumber energi untuk listrik juga semakin naik dan diperkirakan mencapai 115 giga watt pada 2025," kata Djoko.

Menurut dia, jika pemerintah berkomitmen untuk mengembangkan teknologi nuklir, maka harus dilakukan dalam waktu dekat. Sebab, pengembangan teknologi tersebut membutuhkan waktu lama. Djarot mencontohkan, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang membutuhkan waktu sekitar tujuh hingga 11 tahun.

"Kalau mau bangun PLTN, idealnya dimulai pada satu atau dua tahun ke depan. Dengan begitu, terget pemenuhan kebutuhan listrik pada 2025 bisa tercapai," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement