REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Populasi harimau di kawasan Sembilang Dangku Sumatra Selatan sekarang ini terancam punah. Keberadaan satwa dilindungi itu sekarang diperkirakan hanya tinggal dua ekor saja.
"Sekarang ini terdeteksi dari keberadaan harimau asli Sumatra yang berjumlah enam hingga delapan ekor pada tahun 2013 itu, kini hanya tersisa dua ekor harimau jantan dan betina saja," kata Senior Konservasi Biologi Zoological Society of London, Asep Adhikerana, Rabu (11/1).
Ia menjelaskan, harimau sumatra atau Panthera tigris sumatrae adalah subspesies harimau yang habitat aslinya di pulau Sumatra, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini. Hewan ini termasuk dalam klasifikasi satwa kritis terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN.
Tanaman Kemiri Terancam Punah di Majene
Keberadaan harimau sumatra di kawasan Sembilang Dangku cukup mengkhawatirkan, karena di tahun 2013 masih ada 6-8 ekor, dan pada tahun 2015 pasca kebakaran hutan dan lahan di Sumatra Selatan hanya dijumpai dua ekor lagi. "Sementara, sisanya tidak tahu kemana, mungkin lari ke utara ke arah Jambi atau justru diburu orang," kata Asep Adhikerana.
Menurut dia, setelah kebakaran besar hutan dan lahan tahun lalu habitat harimau di Dangku mulai rusak. Ditambah lagi aksi perambahan, penebangan liar dan eksplorasi kebun sawit, hingga kini satwa pemakan daging mentah itu belum ditemukan. Sejatinya tidak ada kawasan yang menjadi ancaman harimau, selama di dalam kawasan ada mata rantai makanan bagi hewan pemangsa ini, seperti kancil, rusa, pelanduk, babi maka kawasan tersebut cocok untuk harimau.
Kawasan kebun sawit pun tetap aman untuk harimau selama ketersediaan rantai makanan. Persoalannya yang dihadapi saat ini banyak kegiatan manusia di kebun sawit, membuat harimau menghindar dari zona manusia. Populasi harimau bisa kembali ke jumlah yang cocok untuk keseimbangan genetisnya jika habitatnya cocok untuk kehidupannya dan ada tempat berlindung tersedia rantai makanan untuk berkembangbiak.
Menurut dia, cara untuk mengembalikan populasi harimau dengan melakukan restorasi kawasan yang menjadi habitat harimau. Restorasi atau penanaman kembali dengan pengkayaan vegetasi dan penjagaan kawasan hutan tentunya.
Sementara, untuk memantau perkembangan harimau dan memotret keberadaannya di kawasan hutan konservasi ditempatkan 20 titik kamera trap pemantau. Keberadaan kamera pemantau pun ternyata tidak aman dari total kamera pemantau tersebut juga tak luput dari pencurian.