REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Studi terbaru menyebut kanker terjadi akibat mutasi acak pada DNA dan benar-benar bukan karena faktor keturunan atau lingkungan.
Kesalahan pada DNA atau mutasi membuat DNA menginstruksikan perbanyakan sel secara tak terkendali. Mutasi ini utamanya terjadi pada dua hal, entah itu mutasi karena keturunan dan karena faktor eksternal yang menyebabkan kerusakan DNA seperti asap rokok atau radiasi sinar ultraviolet. Namun, ada faktor lain yang jadi sebab mayoritas kasus kanker, mutasi acak.
Saat sel membelah, sel akan mengopi DNA untuk sel yang baru. Di sana potensi mutasi terjadi. Pada beberapa kasus, kesalahan pengkopian DNA ini lah yang menyebabkan kanker.
''Artinya, kanker bisa tetap muncul bahkan pada kondisi lingkungan yang sangat terjaga,'' kata seorang ahli patologi Sidney Kimmel Comprehensive Cancer Center Johns Hopkins University, Bert Vogelstein seperti dikutip Live Science pekan ini.
Dalam studi ini, para peneliti menghitung persentase kasus kanker akibat keturunan, lingkungan, dan sepenuhnya karena mutasi acak. Para saintis mengembangkan model matematika yang menggabungkan data dari pasien kanker di seluruh dan data dari sekuens DNA.
Sekitar 66 persen kasus kanker terjadi karena kesalahan acak, 29 persen karena lingkungan atau gaya hidup, dan hanya lima persen yang disebabkan faktor keturunan. Hasil penelitian juga menemukan, 42 persen kasus kanker bisa dicegah dengan mengubah gaya hidup.
Beberapa tipe kanker seperti kanker otak dan prostat hampir seluruhnya disebabkan mutasi acak DNA. Para peneliti menyebut, mutasi acak pada DNA menjadi penyebab lebih dari 95 persen kasus kanker yang ditelaah dalam studi ini.
Pada beberapa kasus kanker lainnya, faktor lingkungan menjadi sebab dominan. Misalnya pada kanker paru. 65 persen penyebab kanker paru dalam studi ini disebabkan akibat rokok.
Menurut Vogelstein, mutasi yang memicu kanker juga bukan tunggal, tapi mutasi majemuk. Kombinasi mutasi acak ditambah faktor lingkungan biasanya bisa segera memicu kanker.