REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan kini menggunakan vaksin untuk menyerang virus atau bakteri tertentu. Vaksin tersebut kemudian bekerja secara spesifik, dan membuat sel kanker pada tubuh menjadi nol.
Namun ada temuan yang cukup mengejutkan. Para ilmuwan dari Dana Farber Cancer Institute, Boston, Amerika Serikat, mencoba mengembangkan vaksin kanker untuk cegah perkembangan tumor di dalam tubuh manusia.
Laman Scienceallert mengabarkan, penelitian yang dikepalai oleh Catherine Wu tersebut mendapatkan hasil mengejutkan dari terapi kanker untuk American Association for Cancer Research (AACR) di Washington DC. Vaksin yang dikembangkan para peneliti tersebut dibuat secara personalisasi sesuai penyakit pasien. Hasilnya, 12 pasien kanker kulit tidak mengalami gejala kambuh. Bahkan imunitas pasien meningkat ketika dikombinasikan dengan obat-obatan kanker.
Vaksin kanker yang dikembangkan sebelumnya mengandung protein, dan memiliki target tunggal. Sementara pada vaksin baru ini mengandung neoantigens, yakni sejenis protein yang mampu bermutasi lebih spesifik untuk tumor pasien per individu. Neoantigens tersebut diurutkan secara genomik. Begitu dosis sistem ketebalan tubuh diberikan, neoantigens bisa mengaktifkan sel T atau tumor pasien kemudian menyerang sel kanker.
Saat ini, banyak dokter di dunia yang menguji potensi neoantigens tersebut. Para ahli medis ingin melakukan verifikasi, apakah neoantigens lebih efektif diberikan daripada antibodi yang selama ini dipakai untuk kanker sepanjang abad. Memang, vaksin ini tergolong mahal karena membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menciptakannya. Tetapi vaksin ini tetap menjadi kabar gembira bagi para ahli onkologi dalam mengembangkan pengobatan penyakit kanker.